Olahraga Warga Salomekko Kecam Pembatalan Lomba Olahraga Dewasa

Warga Salomekko Kecam Pembatalan Lomba Olahraga Dewasa

60
0

Warga Salomekko Menggelar Aksi Protes Karena Ditiadakannya Lomba Olahraga Dewasa

Di tengah suasana kemeriahan perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, warga Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, justru menggelar aksi protes yang menarik perhatian banyak orang. Aksi ini dilakukan di Lapangan Sepakbola Kelurahan Pancaitana, yang biasanya menjadi pusat aktivitas masyarakat setiap tahunnya.

Pada hari Sabtu (9/8/2025) pagi, spanduk bertuliskan “Bentuk kekecewaan warga Salomekko karena tidak adanya kegiatan olahraga dewasa 17 Agustus, Taroi Siri Aleta” terpampang di samping pohon pisang yang berada di tengah lapangan. Papan dan tanaman pisang tersebut menjadi pusat perhatian warga yang melintas. Banyak dari mereka berhenti sejenak untuk melihat dan mengambil foto aksi protes ini.

Foto-foto aksi ini mulai menyebar di media sosial, memicu diskusi tentang kekecewaan warga terhadap penghapusan lomba olahraga dewasa dalam rangkaian peringatan HUT RI tahun ini. Biasanya, setiap perayaan Agustusan di Kecamatan Salomekko dimeriahkan dengan berbagai lomba olahraga seperti sepak bola dan voli untuk kategori dewasa. Namun, tahun ini seluruh kegiatan olahraga dewasa ditiadakan.

Simbol Kekecewaan yang Unik

Penanaman pohon pisang di tengah lapangan dianggap sebagai simbol bahwa lapangan tidak lagi digunakan secara aktif. Cara ini dipilih agar pesan protes bisa disampaikan secara unik namun tetap damai. Salah satu warga, A (36), yang meminta identitasnya disembunyikan, menjelaskan bahwa aksi ini adalah bentuk kekecewaan atas hilangnya tradisi yang selama ini dinanti-nantikan.

“Ini simbol kekecewaan kami. Kami tanam pisang supaya semua orang tahu kalau kami kecewa,” ujarnya. Menurut A, lomba olahraga dewasa bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga ajang silaturahmi antarwarga. Lapangan yang biasanya penuh tawa dan sorak penonton kini terasa sepi.

Ia mengungkapkan bahwa hilangnya kegiatan membuat semangat perayaan 17 Agustus terasa hambar. “Tidak ada lagi momen berkumpul ramai-ramai. Anak-anak memang masih ada lomba, tapi bapak-bapak dan ibu-ibu cuma jadi penonton,” keluhnya.

Alasan Penghapusan Lomba Olahraga

Menurut informasi yang didapat, lomba olahraga dewasa ditiadakan karena tidak ada dana. Beberapa warga mengatakan bahwa uang yang tersedia dialokasikan untuk keperluan paskibraka kecamatan. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan, karena tahun lalu lomba olahraga dan paskibraka tetap berjalan.

B (30), salah satu warga lainnya, menyampaikan bahwa beberapa dari mereka rela menyisihkan waktu dan tenaga untuk mempersiapkan diri jika lomba diadakan. “Kami siap kalau ada lomba. Tapi tidak ada kabar sama sekali, tiba-tiba saja sepi,” ujarnya.

Ia menganggap aksi ini sebagai bentuk kritik membangun agar pihak penyelenggara lebih peka terhadap aspirasi masyarakat. Ia berharap tahun depan kegiatan kembali digelar seperti sedia kala. “Jangan sampai tradisi hilang. Kalau berhenti sekali, takutnya tidak ada lagi selamanya,” ujarnya.

Harapan Warga untuk Masa Depan

Bagi warga Salomekko, 17 Agustus bukan hanya soal upacara, tapi juga kebersamaan, tawa, dan keringat di lapangan. Aksi protes ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi pihak terkait bahwa kegiatan yang selama ini menjadi bagian dari budaya lokal harus tetap dilestarikan.

Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak kecamatan maupun panitia HUT RI Kecamatan Salomekko terkait alasan ditiadakannya lomba olahraga dewasa. Warga masih berharap adanya respons yang jelas dari pihak berwenang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini