
MESKI luas wilayah Yogyakarta relatif kecil, tak sedikit wisatawan domestik dan mancanegara yang blusukan di sudut-sudut tersembunyi perkampungan. Seperti di kawasan perkampungan Kotagede, Malioboro, Prawirotama, hingga Keraton. Banyak wisatawan berseliweran di dalam perkampungan itu untuk berburu cenderamata langsung dari produsennya.
Misalnya paket wisata Blusukan Kampung Prawirotaman, Brontokusuman dan bantaran Kali Code, meenawarkan paket bersepeda atau jalan kaki berkunjung ke museum perjuangan, Ndalem Puger, makam pahlawan KH Ahmad Dahlan. Termasuk ke Pasar Telo untuk makan dan minum kuliner khas Dewa Bronto yaitu Sate telo dan wedang bajigur.
Tren wisata ke perkampungan
Berangkat dari tren wisata itu, Pemerintah Kota Yogyakarta meminta sudut-sudut perkampungan yang kondisinya masih kumuh segera dibenahi. Ini agar enak dipandang dan disinggahi. Terlebih, tak lama lagi musim libur akhir tahun tiba.
Menurut Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo untuk mempercantik dan menata wajah kota, tak hanya di wilayah pusat kota.Tapi juga wilayah perkampungan, karena wisatawan kini juga menyukai pengalaman yang berbeda seperti melihat kehidupan masyarakat di perkampungan.
“Banyak sudut di Yogyakarta yang tampak kumuh dan kurang terawat bisa ditata dan diperindah dengan cara sederhana, tidak harus dengan uang besar, cukup dengan sentuhan kecil dan kepedulian,” ujarnya, Senin di sela menyambangi kawasan Kusumanegara dan area sekitar Stadion Kridosono, Senin 13 Oktober 2025.
Dari temuannya, sejumlah sudut perkampungan seringkali dibiarkan tampak kotor atau tertata karena dianggap bukan bukan milik bersama. Misalnya lokasi sekitar Makam Kyai Ageng Prawiro Purbo di sisi timur Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta yang belakangan tampak kumuh dan kurang terawat.
Makam cucu Sultan Hamengku Buwono VI yang berada di sebelah timur kompleks Taman Makam Pahlawan Kusumanegara itu, menjadi salah satu destinasi religi di pusat kota yang masih ramai didatangi peziarah.
Para pengurus dan pengelola kampung-kampung wisata pun diminta mulai mengevaluasi wilayahnya apakah masih terdapat sudut-sudut yang kumuh dan belum bisa teratasi. Hal ini untuk menjaga citra Yogyakarta sebagai wisata blusukan kampung yang senantiasa bersih dan menyenangkan.
Masalah sampah dan plastik
Sebagai destinasi wisata, kata Hasto, Yogyakarta mengandalkan banyak ruang-ruang terbuka yang bersih. Tak hanya di pusat kota seperti Malioboro, namun juga destinasi perkampungan pinggirannya. Terutama dari persoalan lingkungan kumuh dan sampah.
Awal pekan ini, Pemerintah Kota Yogyakarta juga menerbitkan Surat Edaran (SE) nomor 100.3.4/3479/2025 tentang pelaksanaan pembatasan plastik sekali pakai. Melalui surat itu, diharapkan dapat mendukung pengurangan sampah di Kota Yogyakarta.
Masyarakat pun diminta mengganti plastik sekali pakai dengan kantong belanja ramah lingkungan yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali. Termasuk tidak menggunakan tempat, wadah atau makanan dan minuman botol dan gelas berbahan plastik sekali pakai dalam penyediaan jamuan maupun penjualan makanan dan minuman.