
Peran Keluarga dalam Melindungi Anak dari Dampak Negatif Game Roblox
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Wakil Kepala BKKBN, Isyana Bagoes Oka, menyampaikan pandangan terkait isu permainan Roblox yang dinilai berpotensi membahayakan anak-anak. Menurutnya, game ini bisa memicu kecanduan karena kemudahan akses serta efek psikologis yang ditimbulkan.
Isyana menjelaskan bahwa anak-anak lebih mudah terpikat pada aktivitas digital seperti menggulir layar (scrolling) untuk mencari rasa senang dan pelepasan dopamin. Hal ini membuat mereka cenderung terus-menerus bermain game tanpa sadar mengalami ketergantungan.
“Anak-anak melakukan scrolling karena ingin mendapatkan efek dopamin. Itu adalah cara yang sangat mudah bagi mereka,” ujarnya saat berbicara kepada wartawan di Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu (9/8).
Ia menekankan bahwa kebiasaan tersebut bisa berdampak negatif jika tidak dikontrol dengan baik. Oleh karena itu, ia menyarankan agar orang tua aktif mengajak anak-anak untuk beraktivitas di luar ruangan, salah satunya melalui olahraga.
“Solusinya adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik. Karena dopamin juga bisa diperoleh melalui sinar matahari dan aktivitas luar ruang,” jelas Isyana.
Menurutnya, tubuh manusia dirancang untuk bergerak, bukan hanya duduk dan menggulir layar. Ia meminta orang tua untuk mendorong anak-anak agar lebih banyak bergerak dan mengurangi waktu bermain gawai.
Selain itu, Isyana menyoroti pentingnya peran keluarga dalam menerapkan aturan yang telah ditetapkan pemerintah, khususnya Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas). Ia menilai bahwa implementasi aturan ini harus dimulai dari rumah.
“Jika keluarga tidak menjalankannya dengan baik, maka aturan tersebut akan sulit diterapkan. Orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai teknologi dan aplikasi yang digunakan anak-anak,” katanya.
Isyana juga menyarankan agar orang tua terus belajar mengenai perkembangan teknologi digital. Ia menilai bahwa anak-anak sering kali lebih cepat menguasai teknologi dibanding orang tua. Oleh karena itu, orang tua perlu memperbarui pengetahuan mereka agar bisa mengawasi dan memahami apa yang dilakukan anak-anak.
Bahaya Roblox yang Menimbulkan Kekerasan
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, juga menyampaikan kekhawatiran terkait permainan Roblox. Ia menilai bahwa game ini mengandung unsur kekerasan yang bisa ditiru oleh anak-anak di dunia nyata.
Mu’ti menjelaskan bahwa anak-anak belum sepenuhnya mampu membedakan antara dunia nyata dan dunia virtual. Hal ini membuat mereka rentan meniru tindakan yang dilihat dalam game, bahkan jika tindakan tersebut tidak nyata.
“Banyak kekerasan dalam game itu. Anak-anak tidak memahami bahwa apa yang mereka lihat itu tidak nyata,” ujar Mu’ti usai meninjau program Cek Kesehatan Gratis di SD Cideng 02 Pagi, Jakarta Pusat, Senin (4/8) lalu.
Ia menambahkan bahwa kebiasaan meniru ini dapat memicu perilaku kekerasan. Misalnya, jika dalam game seseorang dibanting, hal itu tidak masalah. Namun, jika anak-anak meniru tindakan tersebut dalam kehidupan nyata, maka bisa menjadi masalah besar.
“Kadang-kadang anak-anak meniru apa yang mereka lihat. Jadi, jika temannya dibanting di game, mereka bisa mengulangi tindakan tersebut dalam kehidupan nyata,” tutupnya.