Nasional Asal Usul Puasa Membakar Dosa

Asal Usul Puasa Membakar Dosa

13
0

IndonesiaDiscover –

Asal Usul Puasa Membakar Dosa
Muhadjir Effendy Guru Besar Universitas Negeri Malang(MI/Seno)

TUHAN telah mewajibkan puasa bagi semua umat manusia yang beriman kepada-Nya (QS Al-Baqarah: 183), termasuk umat-umat beragama sebelum agama Islam. Hanya kaifiah atau tata caranya yang berbeda. Jadi, puasa itu ialah ajaran universal. Tidak ada satu pun agama tanpa doktrin puasa.

Inti doktrin puasa ialah berpantang terhadap sesuatu. Kaifiah puasa bagi umat Islam ialah dilaksanakan selama satu bulan penuh, pantangan utamanya ialah makan-minum dan berhubungan suami-istri pada siang hari, waktunya pun ditetapkan, yaitu pada Ramadan.

Ramadan yang disebut dalam Al-Qur’an ialah nama bulan dalam sistem penanggalan Arab kuno. Sekalipun oleh para sejarawan diklaim sistem penanggalan itu mengacu pada perputaran bulan (lunar calendar), pada dasarnya ia dihitung mengacu pada perputaran matahari (solar calendar) karena selalu disesuaikan dengan siklus musim yang terjadi.

‘Ramadan’ yang dimaksud dalam Al-Qur’an tidak persis sama dengan Ramadan di dalam sistem penanggalan Hijriah. Penanggalan Hijriah baru ditetapkan sebagai sistem penanggalan pada era Khalifah Umar bin Khattab, sekitar 17 tahun setelah Peristiwa Hijrah atau 15 tahun setelah wahyu mengenai kewajiban puasa Ramadan turun.

Beda dengan penanggalan Arab pra-Islam, penanggalan Hijriah sepenuhnya mengacu pada perputaran bulan (lunar calendar), sedangkan nama-nama bulannya sebagian besar mengadopsi nama bulan dalam penanggalan Arab pra-Islam, termasuk Ramadan.

‘Ramadan’ berasal dari kata ‘ramadh’ berarti ‘panas terik’ atau ‘kebakaran’. Kenapa bulan tersebut diberi nama Ramadan? Karena pada bulan itu matahari sedang terik-teriknya. Saking panasnya, seakan sedang terjadi kebakaran. Saat itu puncak musim panas sedang terjadi di wilayah Jazirah Arab.

Ketika nama-nama bulan penanggalan Arab pra-Islam itu diadopsi dalam sistem penanggalan Hijriah, yang sepenuhnya menggunakan penghitungan lunar calendar, nama bulan pun tidak lagi menggambarkan keadaan musim yang terjadi. Datangnya Ramadan tidak selalu terjadi pada puncak musim panas, bahkan sebaliknya bisa jatuh pada musim dingin.

Namun, kata Ramadan yang berarti pembakaran tetap menemukan relevansinya seiring dengan penetapannya sebagai waktu umat Islam menjalankan ibadah puasa. Beberapa ulama, seperti Ibnu Qayyim, menisbatkan Ramadan sebagai bulan pembakaran dosa. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori dan Muslim tidak menyebutnya sebagai pembakaran, tetapi pengampunan, yaitu ‘Barang siapa yang menjalankan puasa Ramadan dengan iman dan penuh perhitungan, akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu’.

Membakar dosa-dosa saat Ramadan tidaklah mudah. Harus menjalani ibadah puasa dengan iman dan penuh perhitungan (ikhtisab). Tidak cukup hanya menjalani pantangan utamanya, tapi juga selama sebulan berpuasa harus mengisinya dengan ibadah dan perbuatan baik atau amal saleh. Menjauhi maksiat dan dosa. Hal itu harus diperhitungkan menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, hingga sempurna menjadi sebulan penuh.

Membakar dosa masa lalu bisa menjadi mudah hanya bagi yang yakin dan berusaha sungguh-sungguh memanfaatkan momentum Ramadan dengan sebaik-baiknya. Selebihnya, wallahu a’lam bish-shawab.

 

 

Tinggalkan Balasan