![1735976955_1735976089_e9d369a5094ebc5b7619.jpg](https://i0.wp.com/indonesiadiscover.com/wp-content/uploads/2025/01/1735976955_1735976089_e9d369a5094ebc5b7619.jpg?resize=640%2C360&ssl=1)
IndonesiaDiscover –
![KKP Mau Setop Impor Garam untuk Kejar Swasembada di 2027](https://i0.wp.com/indonesiadiscover.com/wp-content/uploads/2025/01/1735976089_e9d369a5094ebc5b7619.jpg?w=640&ssl=1)
KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional di 2027. Sebagai langkah awal, KKP akan menetapkan tidak mengimpor garam konsumsi di tahun ini.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP Victor Gustaaf berkeyakinan pihaknya mampu menyetop komoditas strategis itu karena ketersediaan garam yang dikatakan memadai. Rencana produksi dalam negeri tahun ini adalah 2,25 juta ton. Jika ditambah sisa stok 836 ribu, maka dikatakan pasokan garam lokal sudah memenuhi 63 persen dari total kebutuhan.
Sementara, untuk kebutuhan bahan baku garam nasional di 2024 dan 2025 adalah 4,9 juta ton dan diasumsikan meningkat 2,5% per tahun karena adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sektor industri.
“Sisanya (kebutuhan bahan baku garam) tentu menjadi peluang usaha yang besar dan menjanjikan bagi para produsen garam bahan baku, baik petambak garam rakyat maupun badan usaha dalam memenuhi kebutuhan garam,” ujar Victor dalam keterangan resmi, Sabtu (4/12).
KKP, lanjutnya, telah merancang program swasembada garam yang melibatkan berbagai pihak, termasuk petambak garam, pemerintah daerah serta pelaku industri. Sebagai bagian dari rencana tersebut, KKP juga telah mengidentifikasi wilayah potensial pengembangan tambak garam, salah satunya di Indramayu, Jawa Barat.
Kota tersebut akan menjadi fokus utama pembangunan infrastruktur, pelatihan petambak, dan akses pembiayaan. Luas lahan produktif di Indramayu sendiri pada tahun 2024 sebesar 1.445,65 hektar dengan total produksi sebesar 135.891,10 ton (produktivitas 94 ton/hektare). Sementara stok saat ini sebesar 25.000 ton tersebar di 4 kecamatan Krangkeng, Losarang, Kandanghaur, dan Patrol.
Selain mengidentifikasi wilayah, Victor menjelaskan KKP mendorong inovasi teknologi dalam proses produksi garam. Penggunaan metode geomembran, misalnya, dikatakan terbukti meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan oleh petambak lokal.
Selain itu, dengan menggunakan metode konvensional namun dilengkapi dengan penerapan mekanisasi panen dan intensifikasi melalui modernisasi teknologi, ditargetkan produksi garam seluas 1.800 hektare tercipta.
“Mulai tahun ini, KKP juga akan melakukan terobosan berupa modelling ekstensifikasi tambak garam di Nusa Tenggara Timur dengan target 2.500 hektare (ha),” imbuh Victor.
Maming yang merupakan salah satu petambak garam dari Kecamatan Krangkeng Indramayu, optimis bahwa produksi garam Indramayu mampu memenuhi harapan.
“Dengan dukungan pemerintah, kami bisa meningkatkan hasil produksi kami hingga dua kali lipat. Teknologi yang ada saat ini sangat membantu dalam menjaga kualitas garam yang kami hasilkan,” ujar Maming. (S-1)