Nasional Ini Dampak Buruk Berhenti Terapi Pengobatan Tuberkulosis

Ini Dampak Buruk Berhenti Terapi Pengobatan Tuberkulosis

17
0

IndonesiaDiscover –

Ini Dampak Buruk Berhenti Terapi Pengobatan Tuberkulosis
ilustrasi(freepik)

TUBERKULOSIS (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, namun dapat juga menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti tulang belakang, kulit, otak, kelenjar getah bening, dan jantung. Terapi pengobatan harus konsisten untuk kesembuhan penderita.

TB dapat menyerang siapa saja, dan penularannya terjadi saat seseorang yang terinfeksi TB batuk atau bersin tanpa menutup mulut, sehingga bakteri tersebar melalui percikan dahak ke udara. Orang lain yang menghirup percikan tersebut berisiko tertular TB.

Saat batuk, penderita dapat mengeluarkan hingga 3.000 percikan dahak yang mengandung sekitar 3.500 kuman M. tuberculosis. Sementara itu, sekali bersin, bisa mengeluarkan antara 4.500 hingga 1 juta kuman. 

Karena itu, terapi  pengobatan TB yang tepat sangat diperlukan untuk menghentikan penyebaran bakteri dan mencegah komplikasi lebih lanjut.  

Terapi pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter dan harus dijalani dengan disiplin selama periode yang ditentukan.

Jika pasien menghentikan pengobatan sebelum waktu yang disarankan, bakteri M. tuberculosis berisiko berkembang menjadi kebal terhadap obat-obatan yang digunakan. Akibatnya, pengobatan TB menjadi lebih sulit dan berisiko lebih berbahaya.

Dampak Buruk Berhenti Mengonsumsi Obat TB

Menghentikan pengobatan TB sebelum waktu yang ditentukan dapat menyebabkan sejumlah dampak buruk, antara lain:

1. Bakteri menjadi lebih kuat dan kebal terhadap obat

Resistensi obat terjadi ketika bakteri M. tuberculosis bertahan hidup meskipun diobati dengan obat-obatan standar. Bakteri yang bertahan akan berkembang biak, dan seiring waktu, bakteri tersebut menjadi lebih kuat dan kebal terhadap pengobatan. 

2. Obat tidak efektif

Ketika pengobatan dihentikan lebih awal, obat-obat yang telah dikonsumsi tidak dapat membunuh bakteri sepenuhnya. Sebagian bakteri yang masih hidup dapat berkembang biak, memperburuk kondisi infeksi. Hal ini membuat pengobatan menjadi kurang efektif.

3. Gejala menjadi lebih parah

Penghentian pengobatan TB sebelum selesai dapat menyebabkan gejala yang lebih berat, seperti batuk berdarah, penurunan berat badan yang drastis, demam tinggi, dan sesak napas. 

4. Pengobatan menjadi lebih lama dan lebih kompleks

Jika pasien berhenti mengonsumsi obat dan infeksi kembali muncul, pengobatan yang lebih lama dan dengan obat yang lebih kuat atau dosis lebih tinggi mungkin diperlukan. ini meningkatkan risiko efek samping, dan biaya yang lebih tinggi.

5. Efek samping obat lebih berat

Penggunaan obat yang lebih kuat atau dosis yang lebih tinggi menimbulkan efek samping yang lebih berat. Efek samping ini bisa berupa gangguan pada ginjal, hati, atau sistem pencernaan, mual, muntah, ruam kulit, atau bahkan kerusakan organ yang lebih serius. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita TB untuk tetap mengikuti pengobatan hingga selesai sesuai dengan anjuran dokter, untuk memastikan kesembuhan dan mencegah komplikasi yang lebih serius. (Kemenkes/sobattb/alodokter/rsupsoeradji/P-5)

Tinggalkan Balasan