Sosial Budaya Indonesia Kini Miliki Kebun Raya Mangrove

Indonesia Kini Miliki Kebun Raya Mangrove

1
0

  Pengunjung melintasi jembatan di Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/7/2023). ANTARA FOTO/ Rizal Hanafi

Indonesia Kini Miliki Kebun Raya Mangrove

BRIN bersama Pemkot Surabaya membangun pusat konservasi bakau terpadu untuk keperluan penelitian dan eduwisata di kawasan seluas total 27 hektare.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan atau sekitar 3.257.357 kilometer persegi memiliki potensi luar biasa. Tak hanya cadangan perikanannya saja, yang menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencapai 12,01 juta ton, melainkan juga kekayaan di kawasan pesisirnya. Salah satunya, hutan bakau atau mangrove.

Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021, Indonesia diketahui memiliki hutan mangrove seluas 3.364.076 hektare. Dalam Peta Mangrove Nasional tersebut, ada tiga klasifikasi hutan mangrove mengacu kepada kondisi dan persentase tutupan tajuk.

Pertama, mangrove lebat yakni kondisi mangrove dengan tutupan tajuk di atas 70 persen dan jumlahnya mencapai 3.121.239 ha (93 persen). Kemudian, mangrove sedang yang memiliki tutupan tajuk antara 30 persen sampai 70 persen dan luasnya di tanah air 188.363 ha (5 persen). Terakhir, mangrove jarang dengan tutupan tajuk kurang dari 30 persen dan jumlahnya di Indonesia ada seluas 54.474 ha (2 persen).

Pemerintah saat ini berfokus pada rehabilitasi kawasan mangrove di tutupan jarang serta mengidentifikasi sebarannya, seperti di dalam kawasan hutan atau di luar hutan. Untuk sebaran mangrove jarang terbanyak ada di kawasan luar hutan yaitu sebanyak 29.910 ha.

Sejatinya, mangrove merupakan salah satu benteng alami terbaik pesisir karena berada di daerah pasang surut air laut.  Umumnya, hutan mangrove berkembang dengan baik di pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna.

Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia, yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis adalah sebagai habitat binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak, serta mencegah abrasi air laut, meminimalkan dampak tsunami, menekan polusi, hingga menambah kadar oksigen.

Sedangkan, fungsi ekonomisnya berupa pemanfaatan kayu pepohonan sebagai bahan kayu bakar atau bahan pembuat arang serta dapat dijadikan bahan pembuat kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang bernilai ekonomi, misalnya udang dan jenis ikan lainnya.

 

Kebun Raya Mangrove

Salah satu lokasi hutan mangrove itu terdapat di pesisir atau kawasan lindung Pantai Timur, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kawasan itu diusulkan oleh Pemerintah Kota Surabaya ketika dipimpin Tri Rismaharini pada 2017 sebagai Kebun Raya Mangrove. Ini menjadi kebun raya pertama di Indonesia yang dikhususkan bagi pelestarian mangrove.

Usulan tersebut kemudian disampaikan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, yang sekarang bertransformasi menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kehadiran Kebun Raya Mangrove Surabaya ini menambah jumlah kebun raya di tanah air menjadi 46 lokasi, baik yang dikelola oleh BRIN, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota.

Kebun Raya Mangrove Surabaya yang berada tak jauh dari pusat pemerintahan ibu kota Jatim tersebut mencakup kawasan seluas total 27 ha meliputi tiga lokasi yaitu Mangrove Wonorejo, Mangrove Medokan Sawah, serta Mangrove Gunung Anyar. Pembangunan Kebun Raya Mangrove Surabaya dimulai pada 29 April 2018 hasil kolaborasi Pemkot Surabaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), BRIN, dan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).

Kebun Raya Mangrove Surabaya itu diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Mangrove Sedunia pada Rabu (26/7/2023). Peresmian dilakukan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengarah BRIN. Presiden Kelima RI tersebut menekankan pentingnya negara menjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas dan kelestarian plasma nutfah.

Ini sesuai amanat Peraturan Presiden nomor 93 tahun 2019 yang menyebutkan bahwa kebun raya menjadi pusat konservasi ex-situ atau pelestarian di luar habitat aslinya. Selain itu juga sebagai konservasi in-situ untuk berbagai biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Namun, di sisi lain ia mengingatkan bahwa untuk mendirikan kebun raya di sejumlah daerah di Indonesia tidak mudah.

Setiap kebun raya harus memenuhi kriteria dan standar yaitu sebagai pusat konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan. Terlebih, operasional pengelolaan dan pemeliharaan kebun raya juga sangat tinggi. Hal itulah yang selama ini harus dipikirkan dan diupayakan oleh para pengelola kebun raya agar diarahkan menjadi tempat pariwisata, sehingga memberikan pemasukan untuk pemeliharaan.

 

57 Jenis Mangrove

Saat ini sebanyak 57 jenis mangrove telah ditanam di Kebun Raya Mangrove Surabaya. Koleksi tanaman itu di antaranya adalah api-api (Avicennia lannata), bakau hitam (Rhizophora mucronata), dan bakau merah (Rhizophora mangle). Kemudian bakau minyak (Rhizophora apiculata), bintaro (Cerbera manghas), dan gedang-gedangan (Heliconia rostrata).

Ada pula jeruju hitam (Acanthus ebracteatus), ketower (Derris trifoliata), kurma rawa (Phoenix paludosa), dan paku laut (Acrostichum aureum). Selanjutnya ada pidada merah/bogem (Sonneratia caseolaris), waru (Hibiscus tiliaceus), dan waru laut (Thespesia populnea).

BRIN tidak sekadar melakukan konservasi dan pencatatan secara rinci untuk memudahkan masyarakat meneliti di tempat tersebut meski saat ini baru teregistrasi sebanyak 17 dari 57 jenis mangrove koleksi Kebun Raya Mangrove Surabaya. Lebih dari itu, turut menyiapkan pemanfaatan biodiversitas sebagai tanaman obat dan produk pangan berbasis teknologi canggih.

Hal tersebut telah mereka lakukan di Kebun Raya Cibinong, Jawa Barat yang dikelola oleh BRIN. “Ini salah satu kebun raya yang dikelola dengan baik serta konsisten di antara 46 kebun raya di Indonesia,” ujar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko seperti diberitakan Antara.

Sebagai objek wisata, pihak pemkot melengkapi Kebun Raya Mangrove Surabaya dengan wisata edukasi mangrove. Antara lain, kanopi atau jalan selebar 1 meter dari susunan bilah papan dan bambu berbentuk panggung sepanjang 630 meter membelah hutan mangrove. Terdapat pula menara pandang setinggi 12 meter, dermaga perahu, dan arena piknik (picnic ground).

Kita juga bisa melakukan wisata perahu menyusuri sungai sepanjang 5,4 kilometer sambil menikmati pesona hutan mangrove serta 28 jenis burung penghuninya. Sebuah jembatan gantung terbuat dari kayu dan bambu sepanjang sekitar 30 meter telah berdiri kokoh untuk menyambungkan kawasan Mangrove Gunung Anyar dan Mangrove Medokan Sawah.

Fasilitas lainnya di Kebun Raya Mangrove Surabaya adalah musala, ruang pertemuan, galeri, dan toilet. Untuk sementara, pengunjung tidak dipungut biaya kecuali jika ingin mencoba beberapa wahana di dalam Kebun Raya Mangrove Surabaya seperti susur sungai.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber Indonesia.go.id


Source link

Tinggalkan Balasan