Nasional Dalil-Dalil Al-Quran yang Menguatkan Pancasila

Dalil-Dalil Al-Quran yang Menguatkan Pancasila

20
0

IndonesiaDiscover –

Dalil-Dalil Al-Qur'an yang Menguatkan Pancasila
Sejumlah peserta membawa replika Garuda Pancasila.(Antara/M Risyal Hidayat)

PANCASILA sejatinya tidak bertentangan dengan Islam dan syariatnya. Bahkan Pancasila sejalan dengan Islam dan syariatnya. Bahkan lagi, nilai-nilai Pancasila terdapat dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an. 

Banyak ulama yang mengaitkan tiap sila dalam Pancasila tidak bertentangan, sejalan, dan tergolong syariat Islam karena termasuk perintah Allah dalam Al-Qur’an. Mereka memberikan dalil-dalil Al-Qur’an yang menjadi inspirasi lahirnya sila-sila dalam Pancasila dari pendiri bangsa yang kebanyakan beragama Islam pula.  

Karena itu, tidak aneh jika Pancasila sejalan dengan Islam. Berikut penjabaran sila-sila dalam Pancasila dan kaitannya dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an yang dikutip dari NU Online dan sumber lain.

Baca juga : Tafsir Al-Baqarah Ayat 125: Takwil Kakbah sebagai Baitullah

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Para ulama mengaitkan sila pertama Pancasila ini dengan nilai tauhid atau mengesakan Allah yang banyak bertebaran dalam Al-Qur’an.

a. Surat Al-Ikhlas ayat 1.

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

Qul huwallaahu ahad.

Baca juga : Hubungan Pancasila dengan Syariat Islam

Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. 

b. Surat Al-Baqarah ayat 163.

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Wa ilaahukum ilaahuw waaḥid, laa ilaaha illaa huwar raḥmaanur raḥiim.

Baca juga : Pengertian Nilai Instrumental Pancasila dan Contoh

Dan Tuhan kamu itu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah, lagi 
Maha Penyayang.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Berikut dalil Al-Qur’an terhadap sila kedua Pancasila.  

a. Surat An-Nisa’ ayat 135.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ ۚ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Baca juga : Lagu Garuda Pancasila Pencipta, Lirik, dan Makna yang Terkandung

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina bil-qisthi syuhadaaa a lillaahi walau ‘alaa anfusikum awil waalidaini wal aqrabiin, iy yakun ganiyyan au faqiiran fallaahu aulaa bihimaa, fa laa tattabi’ul hawaa an ta’dilụ, wa in talwuu au tu’ridhuu fa innallaaha kaana bima ta’maluuna khabiiraa.

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

b. Surat Al-Maidah ayat 8.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kụnuu qawwaamiina lillaahi syuhadaaa a bil qisthi wa laa yajrimannakum syana aanu qaumin ‘alaa allaa ta’dilụ, i’dilụ, huwa aqrabu lit taqwaa wattaqullaah, innallaaha khabiirum bimaa ta’maluun.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Baca juga: Pengamalan Pancasila Sila ke-2 dalam Kehidupan Sehari-hari

3. Persatuan Indonesia.

Berikut dalil Al-Qur’an yang sejalan dengan sila ketiga Pancasila. Ini terkait dengan nilai persatuan.

a. Surat Ali Imran ayat 103.

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ

Wa’tashimuu biḫablillaahi jamii’aw wa laa tafarraquu wadzkuruu ni’matallaahi ‘alaikum idz kuntum a’daa an fa allafa baina quluubikum fa ashbaḫtum bini’matihii ikhwaanaa.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.

Baca juga: Makna dan Arti Pancasila bagi Bangsa Indonesia

b. Surat Al-Hujurat ayat 13.

و وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ 

Wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaaa ila lita ‘aarafuu.

Dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.  

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Berikut dalil Al-Qur’an yang sejalan dengan sila keempat Pancasila. Hal ini terkait musyawarah.

a. Surat Ali Imran ayat 159.

وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ

wa syaawir hum fil amr.

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Baca juga: Musyawarah Adalah Manfaat, Tujuan, dan Contoh

b. Surat Asy-Syura ayat 38.

وَأَمْرُهُمْ شُوَىٰ بَيْنَهُمْ

Wa amruhum syụraa bainahum.

Sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka. 

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berikut dalil-dalil Al-Qur’an yang sejalan dengan sila kelima Pancasila.

a. Surat An-Nahl ayat 90.

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَٱلْإِحْسٰنِ

Innallaaha ya’ muru bil ‘adli wal ihsaan.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. 

b. Surat At-Taubah ayat 60.

إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلْفُقَرَآءِ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْعَٰمِلِينَ عَلَيْهَا وَٱلْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَٱلْغَٰرِمِينَ وَفِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Innamash shadaqaatu lil fuqaraaa i wal masaakiinii wal ‘aamiliina ‘alaihaa wal mu allafati quluubuhum wa fir riqaabi wal ghaarimiina wa fii sabiilillaahi wabnis sabiil, fariidhatam minallaah, wallaahu ‘aliimun ḥakiim.

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Itulah sebagian kecil perintah Allah dalam Al-Qur’an yang menjadi syariat Islam dan mewarnai tiap sila dalam Pancasila. Semoga bermanfaat. (Z-2)

Tinggalkan Balasan