Nasional Pengertian Anabolisme Proses, Hormon yang Berperan, dan Contoh

Pengertian Anabolisme Proses, Hormon yang Berperan, dan Contoh

15
0

IndonesiaDiscover –

Pengertian Anabolisme: Proses, Hormon yang Berperan, dan Contoh
Ilustrasi.(DOK MI.)

DALAM tubuh manusia, terdapat proses yang membantu pertumbuhan dan sel-sel di dalam jaringan serta organ tubuh kita. Proses tersebut disebut sebagai anabolisme. 

Anabolisme membutuhkan energi dari luar tubuh seperti energi cahaya dan energi kimia untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana yang dihasilkan untuk menjadi senyawa yang lebih kompleks.

Pengertian anabolisme

Anabolisme disebut juga sebagai asimilasi ialah proses penyusunan senyawa kimia yang sederhana ke senyawa kimia atau molekul yang lebih kompleks yang biasa disebut dengan senyawa makromolekul. Makromolekul tersebut dapat menjadi asam nukleat, lemak, karbohidrat, serta protein. 

Dalam proses anabolisme, terdapat tiga tahapan dasar yaitu produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Aktivasi senyawa-senyawa menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP dan penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.

Hasil anabolisme dapat berupa glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh dan asam nukleat untuk pengkopian informasi genetik.

Perbedaan anabolisme dan katabolisme:

a. Anabolisme merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar. Katabolisme adalah proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil.

b. Anabolisme merupakan proses yang membutuhkan energi sedangkan katabolisme adalah proses yang melepaskan energi.

c. Anabolisme merupakan reaksi reduksi sedangkan katabolisme merupakan reaksi oksidasi. Sering kali hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula proses katabolisme.

Fungsi hormon dalam proses anabolisme

1. Hormon pertumbuhan

Sama seperti namanya, hormon ini berfungsi mengatur pertumbuhan tubuh. Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari atau kelenjar kecil di bagian bawah otak. Jika anak memiliki hormon pertumbuhan yang berlebih, dia akan mengalami kondisi yang disebut gigantisme atau tumbuh lebih tinggi dari rata-rata. Sebaliknya jika anak memiliki hormon pertumbuhan yang terlalu sedikit dia akan mengalami dwarfisme tumbuh lebih rendah dari rata-rata. 

2. Insulin-like growth factors (IGF-1 dan IGF-2)

Hormon ini akan menstimulasi produksi protein dan lemak dalam tubuh. IGF-1 dan IGF-2 akan bekerja sama dengan hormon pertumbuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang serta berbagai jaringan tubuh, termasuk kelenjar susu. Insulin-like growth factors juga mengendalikan produksi hormon pertumbuhan oleh kelenjar hipofisis serta kadar gula dalam darah.

3. Insulin

Hormon insulin diproduksi oleh kelenjar pankreas. Insulin merupakan hormon yang mengatur kadar glukosa dalam darah, membantu tubuh mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi energi, dan menyimpan cadangan energi. Tanpa insulin, sel tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa.

4. Testosteron

Testosteron merupakan hormon laki-laki yang diproduksi di testis. Hormon ini akan membantu pembentukan sperma dan perkembangan karakteristik seks pria, seperti suara yang lebih berat, otot yang lebih besar, dan pertumbuhan rambut di wajah serta tubuh. 

Testosteron juga berpengaruh pada fungsi organ otak, tulang dan massa otot, distribusi lemak, sistem pembuluh darah, tingkat energi, serta organ dan fungsi seksual. Testosteron juga dapat diproduksi oleh tubuh wanita, meski dalam jumlah yang sedikit.

5. Estrogen

Estrogen merupakan hormon yang nanti diproduksi di dalam ovarium dan plasenta selama kehamilan. Hormon ini bertugas memperkuat jaringan tulang, penebalan jaringan di rahim (endometrium), siklus menstruasi, serta mengembangkan karakteristik bentuk tubuh perempuan, seperti payudara. Setelah wanita mengalami menopause, estrogen akan diproduksi di jaringan lemak dan otot. Hormon ini juga dapat dihasilkan oleh tubuh pria dalam jumlah yang sedikit. (OL-14)

Tinggalkan Balasan