InfoMalangRaya –
Sosok Tiga Begawan Budaya Penerima Tanda Kehormatan RI
Sejak 2012, pemerintah konsisten memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berjasa dan berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia.
Memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia, pemerintah memberikan apresiasi dan penghargaan kepada tiga tokoh budayawan yang bergerak dalam menumbuhkan cultural and community based-tourism, pelestarian budaya melalui museum, dan perintis perguruan tinggi. Salah satunya melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) tahun 2023 yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang mengusulkan tiga begawan budaya sebagai penerima gelar tanda kehormatan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Pada Senin (14/8/2023), di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo secara langsung menyematkan gelar tanda kehormatan melalui ahli warisnya masing-masing. Ketiga begawan budaya itu adalah (alm) Tjokorda Gde Agung Sukawati dan (alm) Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo, yang mendapat gelar tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma. Sedangkan (alm) Ki Mohamad Amir Sutaarga mendapatkan gelar tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, sejak 2012 pihaknya konsisten memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berjasa dan berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia. “Melalui program ini, kami harapkan, ekosistem kebudayaan bisa lebih mengemuka sehingga banyak lagi pihak yang turun tangan memajukan kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, maka cita-cita menjadi negara adidaya budaya dapat terwujud,” jelas Dirjen Hilmar Farid, di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Selain pengusulan gelar tanda kehormatan dari Presiden, dalam AKI 2023, Kemendikbudristek menganugerahkan sejumlah kategori penghargaan yang akan diberikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Kategori tersebut adalah kategori Pelestari, Pelopor, dan Pembaru, Maestro Seni Tradisi, Anak dan Remaja, Media, Lembaga dan Perorangan Asing, Pemerintah Daerah, serta Masyarakat Adat. Pemberian penghargaan kepada seluruh penerima AKI ini akan dilaksanakan pada November 2023 di Jakarta.
Kiprah Begawan Budaya
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah seorang budayawan asal Bali yang telah berhasil melakukan diplomasi kebudayaan serta menjadi pionir berkembangnya pariwisata yang berakar pada seni dan budaya di Bali yang kini lazim dikenal sebagai cultural and community-based tourism. Salah satu dedikasi dan darmabaktinya dalam upaya diplomasi tersebut,
Tjokorda Gde Agung Sukawati berhasil mengantarkan pada wujud kolaborasi antarseniman di Ubud dan sekitarnya, dengan sejumlah akademisi dan seniman mancanegara. Sehingga, Ubud dikenal sebagai “the international central of art” yang berkelanjutan.
Ketika itu, Tjokorda Gde Agung Sukawati memberikan tempat bagi pelukis-pelukis besar seperti Walter Spies, Bonnet, Arie Smit, dan juga Blanco di Bali. Raja Ubud itu melahirkan seniman-seniman besar di Bali yang mendunia berkat perkumpulan Pita Maha yang didirikannya.
Perkumpulan tersebut mengasah keterampilan para seniman berbakat Bali, terutama dalam mengenal warna dan perspektif. Berkatnya, gaya lukis tradisional Bali berkembang pesat dan kini Ubud dikenal seantero dunia sebagai desa seni.
Tjokorda adalah satu-satunya raja pada waktu itu yang dengan gagah membuka pintu Puri, sebutan untuk kediaman raja Bali. Puri yang sakral dan agung menjadi penginapan bagi para wisatawan dan pelancong mancanegara yang berkunjung menikmati wisata alam dan seni di Ubud. Kiprah Raja Ubud ini seperti melampaui zamannya. Mempersiapkan Bali sebagai sentra pariwisata nasional bahkan dunia.
Kemudian, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo adalah pendiri Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), yang kini dikenal sebagai Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Putra Sri Sultan Hamengkubuwono IX ini merupakah tokoh penting dalam proses penggabungan seluruh perguruan tinggi swasta se-Surakarta menjadi Universitas Gabungan Surakarta (UGS) yang kini menjadi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Dia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI pada 1992-2009.
Penerima lainnya, Mohammad Amir Sutaarga adalah pakar permuseuman yang memberikan landasan penting bagi permuseuman Indonesia dan peletak dasar pembangunannya. Ia juga merupakan pionir pengembangan Ilmu Permuseuman dan perintis Pendidikan Museologi di Indonesia.
Dikenal juga sebagai Bapak Permuseuman Indonesia. Beberapa karya tulisannya berkaitan dengan museum, di antaranya: Capita Selekta Museografi dan Museologi (1964); Museum Etnografi: Perkembangan dan Fungsinya di Jaman Sekarang (1958); Museum dan Permuseuman di Indonesia (1968); Museum Problemen in Indonesia (1956); Persoalan Museum di Indonesia (1962); Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum (1988); dan Studi Museologia (1991).
Para tiga budayawan tersebut merupakan bagian dari 18 tokoh yang menerima gelar tanda kehormatan dari negara. Penganugerahan tanda kehormatan oleh Presiden RI Joko Widodo tersebut digelar di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Sejumlah tokoh menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia. Antara lain, Ibu Negara Iriana Joko Widodo mendapat Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipradana. Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana juga diberikan kepada Ibu Wury Estu Handayani. Ia adalah istri dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Nararya diberikan Presiden kepada Wishnutama Kusbandio. Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu dinilai memiliki peran besar dalam kesuksesan sejumlah perhelatan akbar di Indonesia. Seperti Asian Games 2018 dan KTT G20 di Bali tahun lalu.
Kemudian, Presiden juga menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Pratama kepada Soehardjono Sastromihardjo. Dia adalah Duta Besar Wakil tetap RI UNEP dan UN Habitat 2016-2020.
Ada pula nama Sudharto Prawoto Hadi, Guru Besar Manajemen Lingkungan Universitas Diponegoro. Ia selaku Ketua Dewan PROPER Kementerian LHK. Selain itu ada Edvin Aldrian, Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari