Ragam Total Hadiah Rp85 Juta! Kompetisi Fotografi Bawah Laut Bulukumba 2025

Total Hadiah Rp85 Juta! Kompetisi Fotografi Bawah Laut Bulukumba 2025

22
0

Pemandangan yang Menyihir di Bawah Permukaan Laut Bulukumba

Langit pagi yang cerah, ombak biru yang bergerak pelan. Di kejauhan, perahu nelayan tampak seperti titik kecil di garis cakrawala. Di antara ombak yang memantulkan cahaya keemasan matahari, seorang penyelam bersiap menurunkan kamera besar ke dalam laut—menangkap denyut kehidupan yang tak terlihat dari permukaan.

Beberapa meter di bawah air, dunia lain terbuka: karang-karang Bulukumba yang berpendar seperti mosaik, ikan kecil yang menari di sela rumput laut, dan siluet penyelam yang seakan melayang dalam sunyi. Di sinilah, pada 18–19 Oktober 2025, Bulukumba menjadi panggung bagi para pemburu cahaya bawah laut dari berbagai penjuru dunia.

Festival yang Menyelami Alam

Ajang Bulukumba Underwater Photography International Competition 2025 bukan sekadar lomba memotret. Ia adalah perayaan antara manusia dan laut—antara estetika dan ekologi. Diinisiasi oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Bulukumba, kegiatan ini menjadi bagian dari Festival Pinisi XV, rangkaian tahunan yang mengangkat warisan bahari Sulawesi Selatan.

Dengan total hadiah mencapai 85 juta rupiah, kompetisi ini dibuka untuk dua kategori: Open dan Compact, masing-masing maksimal 15 peserta. Namun yang paling memikat bukanlah nominal hadiah, melainkan momen—saat para fotografer, penyelam, dan pecinta laut beradu kreativitas di kedalaman yang hanya dapat diceritakan lewat cahaya dan warna.

Kabupaten Bulukumba sejak lama dikenal dengan keindahan maritimnya—tempat lahir kapal legendaris Pinisi, simbol ketangguhan pelaut Bugis-Makassar. Kini, semangat itu menjelma dalam cara baru: mengabadikan dunia bawah laut yang selama ini tersembunyi dari mata manusia.

Jembatan Antara Pelestarian Alam dan Pariwisata Berkelanjutan

Ajang fotografi ini menjadi jembatan antara pelestarian alam dan pariwisata berkelanjutan. Pemerintah daerah mendorong wisata bahari tak hanya sebagai tontonan, tapi juga tanggung jawab bersama. Lewat kamera para penyelam, laut Bulukumba bukan lagi sekadar bentang air biru, melainkan arsip visual ekosistem yang harus dijaga.

Setiap jepretan membawa pesan: laut bukan hanya milik nelayan atau wisatawan, tapi juga ruang hidup yang bernapas di bawah tekanan waktu dan arus.

Menemukan Keindahan, Menemukan Kesadaran

Para peserta lomba tak hanya datang dengan peralatan canggih, tetapi juga misi yang lebih dalam. Banyak di antaranya adalah fotografer lingkungan, ilmuwan kelautan, dan aktivis konservasi yang percaya bahwa visual bisa mengubah kesadaran publik.

“Keindahan itu baru berarti kalau ia menyelamatkan sesuatu,” ujar seorang fotografer muda dari Makassar, sembari memperlihatkan hasil jepretannya—seekor kuda laut kecil bersembunyi di balik anemon.

Festival ini pun menjelma menjadi laboratorium visual tempat Bulukumba berbicara lewat gambar, bukan kata.***


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini