Ragam Dua Perusahaan di IMIP Mulai Terapkan Teknologi Produksi Rendah Emisi

Dua Perusahaan di IMIP Mulai Terapkan Teknologi Produksi Rendah Emisi

48
0

Indonesiadiscover.com, MAKASSAR – Dua perusahaan di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) resmi menerapkan teknologi produksi yang diklaim mampu menekan emisi dengan mengedepankan prinsip efisiensi dan ramah lingkungan.

Dua perusahaan yang dimaksud adalah PT Hua Chin Aluminium Indonesia (HCAI) dan PT Risun Wei Shan Indonesia.

PT Hua Chin Aluminium Indonesia (HCAI) yang menghasilkan produk aluminium, mendesain teknologi pengolahan aluminium terintegrasi dengan recovery material emisi gas buang. Penerapannya diklaim mampu meminimalkan toksik dari limbah gas sisa produksi.

Supervisor Bagian Pemurnian PT HCAI, Liu Hong mengatakan pembuatan produk di perusahaannya menggunakan bahan baku bubuk alumina (aluminium oksida/ Al2O3). Dalam proses pengolahan menjadi aluminium, bubuk alumina yang telah melalui proses peleburan menghasilkan energi panas dan emisi gas buang. 

Alih-alih segera dilepaskan, gas buang terlebih dahulu melalui proses pemurnian yang disebut dengan dry-scrubbing.

“Hal ini dijalankan dengan menganut teknologi produksi terapan serupa di China yang telah teruji kapasitas dan kualitasnya serta dipastikan telah menggunakan konsep dan model teknologi terbaru,” ungkap Liu Hong melalui keterangannya, Senin (13/10/2025).

Supervisor Environmental PT HCAI Bayu Yuda Andika menambahkan bahwa emisi gas buang tidak langsung dibuang lewat cerobong, karena di dalamnya masih terdapat senyawa ion hidrogen fluorida yang dibutuhkan oleh pihaknya.

Proses pemulihan emisi gas buang ini berlangsung melalui teknologi instalasi pemurnian. Kemudian recovery ini bertujuan untuk memanfaatkan kembali energi panas dan senyawa hidrogen fluorida (HF) dari emisi gas buang untuk proses produksi.

Emisi gas buang yang telah dimurnikan dapat berkurang kadar polutannya, yang selanjutnya dialirkan dan dibuang ke udara melalui cerobong. 

Dengan teknologi dry-scrubbing, lanjutnya, PT HCAI mampu menekan kadar emisi dari kandungan polutan berbahaya. Secara khusus, pembersihan gas buang mampu menghasilkan emisi sangat bersih, dengan parameter kadar HF kurang dari 0,6 mg/Nm3, dan debu kurang dari 3 mg/Nm3.

Dari segi efisiensi produksi, upaya recovery emisi gas buang bisa menghemat biaya material aluminium florida. Dalam setahun, PT HCAI mengeluarkan ongkos 3.500 yuan atau sekitar Rp32,3 miliar untuk memasok 4.204,9 ton aluminium florida.

“Bila tidak melakukan recovery terhadap gas buang, maka biaya yang dikeluarkan dapat mencapai dua kali lipatnya,” ucap Bayu.

Di sisi lain, PT Risun Wei Shan Indonesia dengan produk utama kokas, melakukan recovery terhadap gas sintetis coke oven gas (COG) yang bertujuan meningkatkan efisiensi, menjalankan keberlanjutan bisnis ramah lingkungan, dan upaya tanggung jawab sosial perusahaan.

Wakil Foreman Environmental HSE PT Risun, Eng Han menjelaskan, pemurnian COG sebagai material sisa produksi kokas dilakukan untuk memulihkan senyawa-senyawa di dalam COG. 

Dengan memurnikan COG, PT Risun dapat memanfaatkan kembali beberapa senyawa untuk diolah sebagai produk samping, berupa coal tar, sulfur, amonium sulfat, dan benzena mentah.  

Sebagian di antaranya lalu diolah menjadi barang setengah jadi sebagai bahan baku industri lain. Produk setengah jadi hasil pemurnian COG ini juga potensial untuk diekspor, bila kebutuhan perusahaan dalam negeri telah terpenuhi.

Manajer Emergency Response Management (ERM) PT Risun, Li Jialei menambahkan saat ini setidaknya terdapat 10 perusahaan di kawasan IMIP yang menggunakan gas COG yang telah dimurnikan oleh PT Risun. 

“Langkah recovery ini menghemat ongkos produksi, melalui sistem proses produksi kokas yang secara sirkular menyatu dengan pemurnian gas sisa, pola produksi dapat berlangsung efisien dan lebih menghemat energi,” tuturnya.

Pekerja di kawasan PT IMIP sedang mengoperasikan alat produksi./PT IMIP.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini