Ragam 426 Warga TTS Terinfeksi TBC, Kadis Kesehatan Akui Skrining Kurang Optimal

426 Warga TTS Terinfeksi TBC, Kadis Kesehatan Akui Skrining Kurang Optimal

78
0

Penanganan TBC di Kabupaten TTS Menghadapi Berbagai Kendala

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dr. R. A. Karolina Tahun, menjelaskan bahwa jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayah ini mengalami peningkatan dari Januari hingga Juli 2025. Ia menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan penyakit ini, terutama terkait ketersediaan alat diagnosa cepat dan akses ke layanan kesehatan.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, jumlah kasus TBC pada tahun 2021 mencapai 321 kasus. Angka ini meningkat menjadi 574 pada tahun 2022, kemudian naik lagi menjadi 633 pada tahun 2023. Pada tahun 2024, jumlahnya bertambah sebanyak 14 kasus, sehingga totalnya menjadi 647. Hingga Juli 2025, angka kasus TBC di TTS berada di kisaran 426.

Untuk mempercepat pemutusan rantai penularan TBC, pihak dinas telah melakukan berbagai langkah. Salah satunya adalah skrining penemuan terduga secara masif dan merata. Tujuannya adalah untuk menemukan kasus-kasus yang membutuhkan pengobatan hingga tuntas.

Tahapan Penanganan TBC

Penanganan TBC melibatkan tiga tahapan utama. Pertama, skrining penemuan terduga TBC dengan pendekatan yang luas dan merata. Kedua, investigasi kontak dengan orang-orang terdekat penderita. Terakhir, pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada semua anggota keluarga yang memiliki kontak erat dengan penderita aktif.

TPT diberikan dalam bentuk obat yang diminum secara rutin. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk membunuh bakteri TBC yang mungkin sudah ada dalam tubuh namun belum aktif. Proses ini sangat penting untuk mencegah perkembangan infeksi laten menjadi TBC aktif.

Namun, kendala dalam pelaksanaan TPT masih terjadi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga pasien. Banyak penderita merasa sehat dan enggan minum obat, meskipun mereka memiliki risiko tinggi terkena TBC. Selain itu, stigma masyarakat terhadap penyakit ini juga menjadi hambatan.

Keterbatasan Alat Diagnosa dan Obat

Selain itu, keterbatasan alat diagnosa cepat TBC juga menjadi permasalahan serius. Saat ini, hanya enam alat test cepat molekuler atau TCM yang tersedia di wilayah TTS. Alat-alat ini hanya berada di enam lokasi pusat wilayah, sehingga sulit untuk menjangkau seluruh daerah.

Akses transportasi specimen juga menjadi kendala, terutama karena wilayah TTS yang luas. Hal ini menyulitkan proses diagnosis dan pengobatan yang cepat dan efektif.

Meski begitu, ketersediaan obat TBC di TTS masih cukup memadai. Suplai obat berasal dari pusat melalui provinsi, sehingga kebutuhan di tingkat kabupaten dapat terpenuhi.

Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat

Dalam rangka memutus rantai penularan TBC, Dinas Kesehatan TTS juga fokus pada komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) bagi masyarakat. Dengan keterbatasan anggaran, upaya ini dilakukan secara intensif agar masyarakat lebih memahami bahaya TBC serta cara pencegahan dan pengobatannya.

Selain itu, program cek kesehatan gratis (CKG) juga diharapkan dapat memberdayakan masyarakat untuk mengecek status kesehatannya secara mandiri. Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit seperti TBC bisa meningkat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini