Ragam 3 Keterampilan Tak Tergantikan oleh AI, Ini Dia!

3 Keterampilan Tak Tergantikan oleh AI, Ini Dia!

66
0

Keterampilan Manusia yang Tidak Bisa Digantikan oleh AI

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang pesat telah memicu kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya sejumlah pekerjaan di masa depan. Pekerjaan administratif dan teknis kini mulai digantikan oleh AI, sehingga menimbulkan ketakutan bahwa teknologi ini bisa mengurangi lapangan kerja. Namun, beberapa ahli teknologi dan peneliti percaya bahwa ada keterampilan manusia yang sulit atau bahkan mustahil untuk digantikan oleh AI.

Keterampilan-keterampilan ini tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga elemen unik yang dimiliki manusia. Berikut beberapa keterampilan yang dianggap tak tergantikan oleh AI:

Rasa Ingin Tahu Manusia

Salah satu aspek penting yang tidak bisa digantikan oleh AI adalah rasa ingin tahu. Menurut Anima Anandkumar, seorang peneliti AI ternama dan profesor di California Institute of Technology, rasa ingin tahu merupakan salah satu kemampuan yang tidak akan pernah digantikan oleh teknologi. Ia menyarankan kepada anak muda yang khawatir tentang masa depan untuk selalu mengasah sikap ingin tahu mereka.

“Saya pikir salah satu pekerjaan yang tidak akan digantikan AI adalah kemampuan untuk memiliki rasa ingin tahu dan mengejar masalah-masalah sulit,” ujarnya. Ia menekankan agar anak muda tidak takut pada AI, tetapi justru menggunakan teknologi ini sebagai alat untuk mendorong rasa ingin tahu, belajar keterampilan baru, dan memperluas pengetahuan secara interaktif.

Anandkumar, yang pernah menjadi direktur riset AI di Nvidia dan ilmuwan di Amazon Web Services, meninggalkan pekerjaannya di sektor swasta pada 2023 untuk kembali mengajar di dunia akademis. Ia percaya bahwa AI harus dilihat sebagai alat bantu, bukan ancaman.

Empati, Visi Jangka Panjang, dan Tujuan Strategis

Selain rasa ingin tahu, empati, visi jangka panjang, dan tujuan strategis juga menjadi keterampilan yang sulit digantikan oleh AI. Sridhar Vembu, CEO Zoho Corporation, menyatakan bahwa meskipun AI berkembang pesat, teknologi ini tidak memiliki empati, penilaian, maupun visi jangka panjang yang biasanya dimiliki manusia.

Menurutnya, AI masih kurang dalam hal kecerdasan kontekstual, yaitu kemampuan untuk memahami tujuan strategis, masalah pelanggan, serta kendala lintas fungsi. Ia menegaskan bahwa manusia, terutama para insinyur, memiliki peran penting dalam merancang, meningkatkan skala, dan berinovasi terhadap AI secara bertanggung jawab.

“Tanpa kendali manusia, bahkan model AI yang canggih pun dapat berkembang menjadi prasangka, inefisiensi, atau celah keamanan,” ujarnya. Oleh karena itu, peran manusia tetap krusial, baik dalam memanfaatkan AI maupun mengarahkan penggunaannya secara bertanggung jawab.

Pemikiran Interdisipliner

Pemikiran lintas disiplin juga menjadi keterampilan yang semakin penting di era AI. Andrew Anagnost, CEO Autodesk, menekankan bahwa jika AI sudah mampu menulis kode, maka keterampilan yang lebih penting bagi manusia adalah kemampuan memahami konsep berpikir sistem dan menghubungkan berbagai disiplin ilmu.

Ia memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik penerbangan dan ilmu komputer, dua bidang yang sangat mendukung pendekatan interdisipliner. Anagnost menilai bahwa meski penting untuk menguasai suatu bidang secara mendalam, keahlian yang terlalu sempit kurang relevan di pasar kerja saat ini, kecuali bagi mereka yang ingin menjadi peneliti murni.

Di era di mana AI mampu menguasai keterampilan teknis tertentu, Anagnost menilai bahwa pemahaman terhadap berbagai disiplin ilmu serta kemampuan untuk merancang dan menentukan cara kerja suatu produk akan menjadi semakin penting. Ia menambahkan bahwa manusia harus mengambil peran sebagai pengatur kreatif yang mengarahkan dan mengelola hasil kerja sistem AI.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini