
Penyebab Alergi pada Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva memiliki kulit yang lembut dan sangat sensitif. Karena sifatnya yang halus, kulit ini bisa bereaksi terhadap zat-zat tertentu yang berkontak dengannya. Sistem kekebalan tubuh bisa merespons dengan cara yang berlebihan, menyebabkan reaksi alergi. Hal ini bisa memicu berbagai gejala seperti gatal, kemerahan, bengkak, dan sensasi terbakar.
Kulit di dalam vagina sangat porus, artinya mudah menyerap material dari luar. Ini membuat kita perlu waspada terhadap alergen, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun. Reaksi alergi bisa muncul secara langsung setelah paparan, berbeda dengan infeksi jamur yang biasanya berkembang lebih lambat.
Berikut beberapa penyebab umum alergi pada area genital:
1. Kondom Lateks
Lateks alami berasal dari karet pohon dan mengandung protein yang bisa memicu reaksi alergi. Gejala alergi lateks bisa meliputi:
– Urtikaria atau biduran
– Gatal-gatal
– Hidung meler atau tersumbat
– Mengi
– Dada sesak
– Sulit bernapas
– Anafilaksis (reaksi alergi serius)
Analisis tahun 2016 menunjukkan bahwa prevalensi alergi lateks di populasi umum mencapai 4,3 persen. Alergi ini lebih sering terjadi pada orang yang sering terpapar lateks, seperti tenaga medis, pasien yang menjalani operasi, atau mereka dengan alergi lain.
Jika kamu alergi lateks, kamu bisa memilih kondom bebas lateks seperti poliisoprena, poliuretan, atau AT-10. Ada juga kondom kulit domba, tetapi tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap infeksi seksual.
2. Air Mani
Hipersensitivitas plasma seminal adalah reaksi alergi langka terhadap protein dalam air mani. Reaksi bisa muncul di area genital setelah kontak. Gejala umumnya meliputi gatal dan bengkak di titik kontak. Jarang, reaksi bisa menjadi anafilaksis yang berbahaya.
Jika kamu curiga alergi air mani, segera konsultasi ke dokter. Dokter bisa melakukan tes tusuk kulit untuk memastikan diagnosis. Jika positif, kamu perlu menghindari kontak atau mendapatkan imunoterapi.
3. Pewarna Kimia
Banyak produk kebersihan seperti sabun, bath bomb, pembalut, tampon, dan tisu toilet mengandung pewarna kimia. Bahan-bahan ini bisa memicu reaksi alergi. Jika kamu mengalami gejala seperti gatal atau iritasi, hentikan penggunaan produk tersebut.
4. Produk Deodoran atau Pewangi
Vagina tidak memerlukan produk seperti douching, semprotan, atau pembersih feminin. Penggunaan produk-produk ini bisa mengganggu keseimbangan bakteri dan meningkatkan risiko infeksi. Wewangian yang ditambahkan ke produk juga bisa menyebabkan alergi.
5. Spermisida
Beberapa kondom dilapisi spermisida, yaitu bahan kimia yang dirancang untuk membunuh sperma. Jika kamu alergi terhadap spermisida, kamu bisa menggunakan kondom tanpa lapisan ini atau mencoba metode kontrasepsi lain.
6. Pakaian atau Seprai
Pakaian dalam, seprai, atau bantal bisa memicu alergi jika terbuat dari bahan tertentu atau mengandung detergen. Untuk mengurangi risiko, gunakan bahan alami seperti katun dan pilih detergen yang lembut tanpa pewangi.
Cara Mengatasi Alergi pada Vagina dan Vulva
Jika kamu mengalami gejala seperti iritasi, ruam, kemerahan, atau sensasi terbakar, segera konsultasi ke dokter. Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab dan merencanakan pengobatan yang tepat. Jika ditemukan alergen, hindari produk yang mengandung senyawa tersebut.
Reaksi alergi bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk air mani, lateks, spermisida, wewangian, dan bahan kimia. Dengan kesadaran yang tinggi dan perawatan yang tepat, kamu bisa mengurangi risiko dan mengelola gejala dengan baik.