![1734471502_1734063563_1d58161e23259d9eb965.jpg](https://i0.wp.com/indonesiadiscover.com/wp-content/uploads/2024/12/1734471502_1734063563_1d58161e23259d9eb965.jpg?resize=640%2C480&ssl=1)
![Rata-Rata Gaji di Indonesia akan Meningkat 6,3% pada 2025](https://i0.wp.com/indonesiadiscover.com/wp-content/uploads/2024/12/1734063563_1d58161e23259d9eb965.jpg?w=640&ssl=1)
RATA-rata gaji karyawan di Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 6,3% pada 2025 atau sedikit lebih tinggi dari rata-rata pada 2024 yaitu 6,0%.
Hal itu terungkap dalam Survei Total Remuneration Survey (TRS) 2024 yang dipaparkan Mercer, pemimpin global dalam mendefinisikan kembali dunia kerja, mengelola hasil pensiun dan investasi, serta membuka kesehatan dan kesejahteraan karyawan yang nyata, serta bagian dari Marsh McLennan (NYSE: MMC).
Dengan menganalisis tren dan kebijakan remunerasi terhadap 4.606 jabatan pekerjaan di lebih dari 585 perusahaan di Indonesia, analisis itu menunjukkan walaupun gaji diperkirakan meningkat secara stabil ketimbang 2024, semua perusahaan yang disurvei (100%) berencana memberikan kenaikan gaji pada 2025, meski adanya tantangan makroekonomi.
Di antara industri yang disurvei, industri teknologi tinggi (high-tech) memperkirakan kenaikan gaji yang lebih rendah pada 2025 (5,9%) dibandingkan dengan 2024 (6,0%) dan 2023 (6,2%).
Industri seperti consumer goods, pertambangan dan jasa pertambangan optimistis dalam memproyeksikan kenaikan gaji yang lebih tinggi untuk tahun depan, dengan kenaikan diperkirakan masing-masing 6,7% dan 5,8%, dibandingkan dengan kenaikan pada 2024 sebesar 6,2% untuk consumer goods dan 5,2% untuk pertambangan dan jasa pertambangan.
“Meski industri teknologi tinggi (high-tech), khususnya perusahaan-perusahaan internet yang sedang berkembang, mengalami pertumbuhan pesat, iklim bisnis saat ini mengharuskan mereka lebih berhati-hati dalam meningkatkan biaya tetap karyawan untuk memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.”
“Di sisi lain, industri seperti consumer goods, serta pertambangan dan jasa pertambangan memiliki keyakinan lebih baik terhadap kinerja keuangan mereka secara keseluruhan pada tahun depan dibandingkan tahun ini,” kata Associate Director Mercer Indonesia Yosef Budiman di Jakarta, Rabu (11/12).
Berbeda dengan 2024, persentase perusahaan yang berniat menambah tenaga kerja lebih kecil pada 2025, menurun dari 35% perusahaan yang disurvei pada 2024 menjadi hanya 25% pada survei terbaru.
Perlu dicatat juga, tingkat turnover sukarela menurun dari hasil survei tahun 2023, dengan angka tahunan yang diharapkan sebesar 6,4% pada 2023 dan 6,6% pada 2024, turun dari rata-rata 7,2% pada 2022.
Soal perkembangan ekonomi, lanjut Yosef, perusahaan dituntut untuk membangun hubungan lebih baik antara hasil bisnis dan kompensasi karyawan.
Saat ini, hampir 95% perusahaan yang disurvei memiliki rencana insentif jangka pendek, seperti bonus, sementara persentase perusahaan yang menawarkan insentif jangka panjang, seperti opsi saham dan rencana saham terbatas, tumbuh dari 29% pada 2023 menjadi 33% pada 2024.
“Dalam hal bonus, industri dengan fluktuasi laba dan rugi yang lebih besar, seperti pertambangan dan jasa pertambangan, cenderung menawarkan proporsi bonus lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam industri ini, bonus diperkirakan sebesar 4-5 kali gaji pokok bulanan, sedangkan rata-rata untuk industri umum sekitar 3 kali gaji pokok bulanan,” terang Yosef.
Market Leader Mercer Indonesia Astrid Suryapranata menambahkan dikarenakan kondisi bisnis, sebagian besar perusahaan akan terus mendorong tenaga kerja untuk lebih produktif yang dapat memberikan hasil optimal dalam hal menggerakkan pertumbuhan pendapatan, meningkatkan efisiensi, dan mengembangkan inovasi lebih baik.
“Para pemimpin bisnis dan profesional HR dituntut menentukan pendekatan yang tepat untuk mendorong produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan sambil menyeimbangkan kebutuhan atas keberlanjutan jangka panjang dengan menjaga keterlibatan, kesejahteraan, motivasi dan retensi tenaga kerja, yang dicapai melalui eksplorasi rencana kompensasi berbasis kinerja dan imbalan non-moneter lainnya,” pungkas Astrid. (H-2)