EKONOM energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menuturkan rencana pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) otomatis membuat harga pertalite dan solar naik mengikuti keekonomian pasar. Saat ini harga pertalite dibanderol Rp10.000 per liter dan solar subsidi sebesar Rp6.800 per liter.
Pemerintah berencana menyalurkan subsidi langsung dalam bentuk bantuan tunai langsung (BLT) ke masyarakat miskin. “Harga BBM otomatis naik akibat konsekuensi dari subsidi yang dialihkan menjadi bantuan tunai,” ujarnya saat dihubungi Media Indonesia, Senin (4/11).
Pri Agung memperkirakan setelah subsidi dicabut, harga pertalite tidak akan jauh berbeda dengan BBM nonsubsidi yakni pertamax sebesar Rp12.100 per liter. “Kalau tanpa subsidi, paling tidak harga pertalite tidak jauh dari yang BBM nonsubsidi,” katanya.
Ia menegaskan dampak kenaikan harga BBM subsidi tentu akan memberatkan kantong kelas menengah. Namun, katanya, itu menjadi risiko karena sejatinya kelas menengah atau masyarakat mampu tidak berhak menerima subsidi BBM.
Data per 2022, sekitar 80% pasokan pertalite ditenggak orang kaya. “Memang sudah seharusnya kelas menengah itu tidak mendapatkan subsidi,” ujarnya.
Supaya kenaikan BBM subsidi pemerintah tidak berdampak signifikan pada inflasi, Pri Agung meminta kepada pemerintah agar menyesuaikan harga pertalite dan solar secara bertahap. “Otomatis memang harga pertalite dan solar bakal naik harganya, tetapi mungkin dengan pertimbangan nanti bertahap, tidak tiba-tiba langsung melonjak,” ucapnya. (Z-2)