IndonesiaDiscover –
DIREKTUR Eksekutif Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri mengatakan, penurunan kinerja ekspor yang terjadi belakangan ini tak akan banyak mengganggu kinerja perekonomian nasional. Sebab, pada dasarnya kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi cenderung rendah.
“Selama ini kontribusi net ekspor dalam PDB memang rendah. Triwulan I 2024, misalnya, hanya kurang dari 2%. Jadi penurunan ini tidak terlalu bermasalah. Tetapi akan menjadi masalah kalau komponen dalam PDB lainnya, terutama pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami pelemahan, seperti yang terjadi saat ini,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (15/5).
Kendati memiliki distribusi yang kecil, penurunan kinerja ekspor saat ini bakal memengaruhi posisi cadangan devisa dan nilai tukar rupiah. Semakin lemah kinerja ekspor, maka hampir bisa dipastikan posisi cadangan devisa dan nilai tukar rupiah akan terseok-seok.
Baca juga : Ekonom: Surplus Dagang 4 Tahun belum Tentu Sehat
“Terlebih saat ini situasi global telah memunculkan tekanan terhadap cadangan devisa dan nilai tukar di sejumlah negara,” kata Yose.
Dia menilai, upaya mempertahankan kinerja perdagangan tetap surplus di waktu-waktu mendatang akan semakin berat. Sebab, harga-harga komoditas ekspor andalan Indonesia telah mengalami normalisasi setelah melonjak di dua tahun ke belakang.
“Nilai ekspor akan terus menurun, sehingga akan sangat tergantung pada nilai impor. Saat ini pemerintah berusaha mengendalikan impor. Masalahnya turunnya impor akan berdampak ke produksi dan ekspor, karena 70% lebih impor adalah parts and components,” jelas Yose. (Mir/Z-7)