BUKU berjudul Populisme Islam di Indonesia dan Bagaimana Media Memberitakannya merupakan buah dari disertasi sang penulis Usman Kansong yang disidangkan pada tahun 2022. Ketika itu banyak media yang memberitakan soal sidang disertasi berikut isu yang diangkat Usman.
“Ketika itu disertasi saya berjudul ‘Mediatisasi Populisme Islam di Pilkada DKI 2017’. Saya sidang promosi doktor, beberapa media memberitakan disertasi saya. Bersamaan dengan itu datang tiga penerbit kepada saya, minta agar dijadikan buku,” ucap Usman Kansong dalam acara bedah buku miliknya di Jakarta, Kamis (21/11).
Permintaan tersebut tidak langsung diiyakan, mantan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik di Kementerian Komunikasi dan Informatika ini menunda hingga dua tahun untuk yakin penelitiannya dipublikasi secara luas. Usman memiliki alasan mengapa tidak lansung mengiyakan lantaran hasil penelitiannya mengandung sejumlah isu politik. Ia khawatir bisa mengganggu jalannya pesta demokrasi Pemilihan Presiden 2024.
“Waktu itu saya masih menahan diri (untuk menerbitkan) di tahun 2022. Karena mau pilpres, apalagi salah satu kandidat yang saya tulis di buku ini ikut pilpres. Ada kekhawatiran sensitivitas politik yang membuat saya menahan diri. Setelah pilpres berakhir lalu saya menerima pinangan menerbitkan buku ini,” ungkapnya.
Bahasan soal isu yang sensitif dalam buku Usman ini dibenarkan oleh Dewan Pengawas LPP TVRI 2023-2028 Agus Sudibyo. Ia pun siap membela Usman jika ada yang mengusik terbitnya buku yang menggarisbawahi soal populisme, politik dan media.
“Buku ini penting untuk mengingatkan bahwa ada regresi, penurunan dalam demokrasi kita yang mungkin pembenarannya hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Saya kira butuh keberanian untuk menerbitkan buku ini, kalau nanti Mas Usman dipersoalkan, mari kita bela bersama,” ucap Agus yang hadir sebagai penanggap dalam acara bedah buku.
Agus pun menggarisbawahi terkait temuan dari buku ini perihal respon media dalam mengendalikan tren menormalisasi yang abnormal. Ada media yang pragmatis dan mengglorifikasi tren tersebut.
Direktur Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar menambahkan, populisme bagaimanapun akan melahirkan ruang perdebatan. Ini menjadi guidance, mengingatkan jika akan menjadi berbahaya jika kita takluk pada hal tersebut.
“Apa yang kita perbincangkan di 2016 lalu, kini berkumpul menjadi satu. Pilkada 2017 menjadi pelajaran penting, jangan sekali-kali menggunakan populisme agama untuk kepentingan politik. Dampaknya akan sangat panjang,” ungkap Abdul Kohar.
Buku karya Usman Kansong ini membahas bagaimana populisme Islam berkembang di Indonesia dan bagaimana media memperoleh dan menyampaikan informasi tentang fenomena ini. Kansong menganalisis berbagai kasus, termasuk aksi 212 dan Pilkada DKI 2017, untuk menunjukkan bagaimana media memainkan peran dalam memfasilitasi atau menghambat populisme agama.(Rif/M-2)