IndonesiaDiscover –
KELOMPOK perlawanan Israel di Libanon Selatan, Hizbullah, mengkonfirmasi kematian pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, Itu akibat apa yang mereka sebut sebagai serangan Zionis licik di pinggiran selatan Beirut.
Hizbullah, dalam sebuah pernyataan mengatakan Nasrallah, Sekjen Hizbullah, telah bergabung dengan rekan-rekannya yang hebat dan abadi yang menjadi martir, yang jalannya ia pimpin selama sekitar tiga puluh tahun, menjadi martir di jalan menuju Yerusalem dan Palestina.
Pernyataan itu menekankan kepemimpinan Nasrallah selama beberapa dekade dalam perlawanan terhadap Israel, mencatat bahwa dedikasinya terhadap perjuangan pembebasan Palestina menentukan hidupnya dan sekarang kemartirannya.
Baca juga : Israel Klaim Habisi Nyawa Hassan Nasrallah
Nasrallah, yang telah menjadi Sekjen Hizbullah sejak 1992, memainkan peran kunci dalam gerakan perlawanan Libanon, khususnya dalam melawan pasukan Israel. Kematiannya menandai momen penting dalam konflik yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan Israel.
Gugurnya Nasrallah, Hizbullah menegaskan kembali komitmen kelompok tersebut terhadap misi Sekjen mereka, dan berkata Kemartirannya hanya akan memperkuat tekad perlawanan untuk melanjutkan perjuangan melawan musuh Zionis dan membebaskan Palestina.
Sebelumnya, militer Israel mengklaim telah menghabisi pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah selama operasi yang menargetkan pusat komando
Hizbullah yang berlokasi di bawah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut.
Baca juga : Diserang Israel, Hizbullah Janji Perpanjang Derita Pemukim Ilegal
Sejak awal pekan lalu, tentara Israel telah melancarkan serangan dengan jangkauan paling intens dan luas ke Libanon sejak konfrontasi dengan Hizbullah dimulai sekitar setahun yang lalu.
Sebagai tanggapan, Hizbullah telah menembakkan ratusan roket ke lokasi militer Israel, permukiman, dan bahkan markas Mossad di Tel Aviv, dengan penutupan informasi ketat mengenai korban dan kerusakan di pihak Israel, menurut para pengamat.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.
Masyarakat internasional telah memperingatkan mengenai serangan ke
Libanon yang memicu kekhawatiran bahwa konflik Gaza dapat berubah menjadi
perang kawasan. (I-2)