Nasional 152 WNI di Libanon Aman dari Ledakan Alat Komunikasi

152 WNI di Libanon Aman dari Ledakan Alat Komunikasi

4
0

IndonesiaDiscover –

152 WNI di Libanon Aman dari Ledakan Alat Komunikasi
Judha Nugraha.(Dok MI)

KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan ribuan alat komunikasi di Libanon yang diduga didalangi Israel baru-baru ini. Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kemenlu RI Judha Nugraha pada Jumat (20/9) malam memastikan hal tersebut setelah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar RI (KBRI) Beirut yang terus memantau kondisi dan keselamatan WNI di tengah rentannya kondisi keamanan Libanon.

“KBRI Beirut telah menjalin komunikasi dengan para WNI di Libanon. Sejauh ini, tidak ada WNI yang menjadi korban,” kata Direktur Kemenlu dalam pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta.

Berdasarkan data KBRI Beirut, saat ini terdapat 152 WNI yang masih menetap di Libanon. Sejak penetapan status Siaga 1, KBRI telah memfasilitasi pemulangan 25 WNI dalam tiga tahap gelombang.  

Baca juga : Sekjen Hizbullah Bersumpah Israel akan Menjadi Neraka

KBRI setempat juga telah menetapkan kondisi Siaga 1 menandakan kondisi sangat rentan untuk seluruh wilayah Libanon sejak 4 Agustus 2024. Status Siaga 1 sebelumnya hanya berlaku di kawasan Libanon selatan sejak 10 Oktober 2023, usai agresi Israel ke Jalur Gaza. 

Namun, sebagian besar WNI di Libanon yang mayoritas merupakan mahasiswa atau menikah dengan warga setempat, masih memilih bertahan di negara tersebut. Ia mengatakan, KBRI Beirut akan terus menjaga komunikasi intensif dengan para WNI tersebut. 

“KBRI Beirut terus mengimbau WNI supaya dapat mengikuti proses evakuasi yang telah dipersiapkan,” ucap Judha. WNI di Libanon dapat menghubungi KBRI Beirut melalui saluran telepon +961-70-817-310. 

Seusai ribuan unit penyeranta (pager) di berbagai wilayah Libanon tiba-tiba meledak pada Selasa (17/9), ledakan perangkat komunikasi lain seperti protofon (walkie-talkie) dilaporkan kembali terjadi pada Rabu (18/9). Kementerian Kesehatan Libanon menyatakan setidaknya 32 orang tewas dan 4.250 lain luka-luka, 30 di antaranya dalam kondisi kritis, dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi itu. Pemerintah Libanon dan Hizbullah sama-sama menuduh serangan tersebut didalangi oleh Israel. (Ant/Z-2)

Tinggalkan Balasan