IndonesiaDiscover –
KEKACAUAN yang melanda negara itu 23 tahun lalu menjadi kenangan yang mendalam bagi banyak warga Amerika Serikat (AS). Bahkan saat gelombang kejut global setelah serangan teror 11 September 2001 terus terasa.
Bagi mereka yang selamat melewati pagi yang mengerikan dan menyadarkan itu, menyaksikan adegan demi adegan pembantaian terungkap di Kota New York sebelum menyebar lebih jauh, kengerian itu tetap ada.
Semuanya bermula ketika sebuah pesawat penumpang menabrak Menara Utara World Trade Center pada pukul 8.46 pagi pada Selasa pagi yang sibuk. Hanya 17 menit kemudian, pesawat lain menabrak Menara Selatan.
Baca juga : Mengenang Tragedi 9/11, ini Fakta dan Sejarah Menara Kembar World Trade Center
Gedung pencakar langit setinggi 110 lantai yang terbakar dan rusak parah akibat hantaman pesawat itu runtuh hanya dalam hitungan menit, mengakibatkan awan debu dan abu beracun yang tebal membelah jalan-jalan Manhattan saat orang-orang berlarian ketakutan.
Di tengah kehancuran di New York, pesawat lain menabrak Pentagon di Arlington, Virginia, tepat di luar Washington, DC pada pukul 9.37 pagi. Kepanikan nasional yang tidak terlihat sejak Pearl Harbor, sekitar 60 tahun sebelumnya, telah terjadi dengan cepat.
Hanya beberapa menit setelah Departemen Pertahanan diserang, pihak berwenang menutup semua wilayah udara AS, tetapi Penerbangan 93 United Airlines telah dilintasi.
Baca juga : Kembalikan Baliku Tampil pada New York Indonesia Fashion Week di AS
Para penumpang dan awak pesawat bergegas ke kokpit untuk merebut kendali pesawat dari keempat pembajak. Sekitar lima menit kemudian, pesawat itu jatuh ke lapangan kosong di Shanksville, Pennsylvania, menewaskan semua penumpang.
Pesawat itu berjarak sekitar 20 menit terbang dari Washington, DC, tempat pihak berwenang meyakini para pembajak berusaha menyerang Gedung Putih atau Gedung Kongres AS.
Butuh waktu, tetapi rakyat Amerika akhirnya mengetahui bahwa 19 teroris al-Qaeda bertanggung jawab atas pembajakan empat pesawat penumpang dalam sebuah rencana yang diatur oleh pemimpin lama kelompok teror itu, Osama bin Laden.
Sebanyak 2.977 orang tewas pada 11 September. Ribuan lainnya terluka pada hari itu. Diperkirakan 400 ribu korban lainnya, termasuk petugas pemadam kebakaran dan polisi yang bekerja tanpa lelah untuk menyelamatkan sebanyak mungkin korban selamat, terpapar awan debu karsinogenik yang melanda New York City ketika World Trade Center runtuh. (I-2)