Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan bisa mengebor lebih dari 1.000 sumur setiap tahun. Hal ini perlu dicapai untuk meningkatkan produksi migas hingga mencapai 1 juta barrel of oil per day (BOPD) untuk minyak dan 12 Billion Standard Cubic Feet (BSCF) untuk gas di tahun 2030.
Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro mengatakan 30% dari minyak mentah yang dibutuhkan Indonesia saat ini masih impor. Kemampuan produksi minyak nasional saat ini hanya 600 ribu BOPD sementara kebutuhan mencapai 1,4 juta BOPD.
“Oleh karena itu upaya dari SKK Migas adalah meningkatkan produksi. Tantangan kita di tahun 2030 untuk mencapai 1 juta BOPD dan 12 BSCF,” ujar Luky dalam Simposium Partai NasDem bertajuk Energy Insecurity dan Strategi Penanggulangannya yang digelar di NasDem Tower, Jakarta, Selasa (20/8).
Baca juga : Kontribusi Besar Industri Hulu Migas untuk Ketahanan Energi Nasional
Untuk meningkatkan produksi migas, kata Luky, ada tiga strategi yang dilakukan SKK Migas yaitu untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Strategi jangka pendek SKK Migas adalah memperbanyak pengeboran sumur dengan target lebih dari 1.000 sumur per tahun.
“Bagaimana kita upayakan agar setiap tahun kita bisa mengebor lebih dari 1.000 sumur. Kemudian ada juga sumur-sumur idle well sumur-sumur yang tidak dimanfaatkan, kita upayakan agar sumur-sumur itu dimanfaatkan agar menambah recovery minyak dan gas bumi,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk strategi menengah, SKK Migas mendorong produksi migas di sumber-sumber migas yang sudah ditemukan. Sumber daya yang tersedia harus dioptimalkan agar bisa memberi manfaat dengan mempercepat proyek-proyek yang sudah direncanakan atau Plant of Development (PoD). Begitu pula dengan mengoptimalkan produksi di lapangan yang sedang diproduksi.
Baca juga : Satgas Perbaikan Investasi Hulu Migas Dianggap tidak Diperlukan
Lalu, untuk jangka panjang, tentu saja SKK Migas terus melakukan ekplorasi sumber-sumber migas baru. Masih banyak wilayah di Indonesia yang belum diekplorasi sehingga sumber-sumber minyak baru belum diketahui.
“Kita harus melakukan eksplorasi, kita sedang mengupayakan dengan teknologi pengeboran yang secara horizontal tidak lagi vertikal,” ucapnya.
Luky menambahkan bahwa industri migas tidak terlepas dari kondisi global. Isu politik hingga peperangan sangat mempengaruhi harga migas dunia, apalagi bagi Indonesia yang masih bergantung pada impor.
Meski terus meningkatkan produksi migas untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri saat ini, SKK Migas juga mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Sumber-sumber energi selain migas merupakan sumber energi masa depan, karena migas sendiri merupakan energi yang terbatas atau tidak bisa diperbarui.
“Dulu mungkin oil and gas menjadi primadona, di awal-awal tahun 70-an tapi sekarang tidak lagi. Ada sumber-sumber energi lain untuk mendukung agenda perubahan iklim. Ini yang terus kita lakukan di hulu migas pun ada low carbon inisiatif, ada 6 tahapan bagaimana kita mengupayakan menurunkan CO2 di kegiatan hulu migas,” tandasnya. (Z-11)