IndonesiaDiscover.com–Industri perbankan Indonesia menunjukkan ketangguhan di tengah guncangan ekonomi global dan fluktuasi politik dalam negeri.
Menurut laporan terbaru dari Tim Analitik Kredit Rating Indonesia (KRI) yang dilakukan Gromy Purba dan Samuel Sitorus, sektor itu tidak hanya bertahan tetapi juga mencatatkan pertumbuhan yang menjanjikan. Dalam periode yang ditinjau, penyaluran kredit meningkat sebesar 11 persen year-on-year mencapai lebih dari Rp 7.094 triliun di Februari 2024. Jumlah deposito mengalami lonjakan hingga 5,6 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 8.440 triliun.
”Kami melihat perbaikan signifikan dalam kualitas aset, dengan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) net yang turun menjadi 2,4 persen pada Februari 2024 dari 2,6 persen pada tahun sebelumnya,” ujar Gromy Purba.
Sektor perbankan juga menunjukkan kecukupan modal yang sangat baik, dengan rasio kecukupan modal yang mencapai lebih dari 27,8 persen. Menurut Samuel Sitorus hal itu memberikan fondasi yang kuat bagi perbankan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang mungkin muncul.
Keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga perbankan sebesar 0,25 basis poin menjadi 6,25 persen pada April juga mendapat sorotan. Kenaikan itu menurut dia, berhasil menstabilkan nilai tukar rupiah. Namun di sisi lain, menimbulkan dampak negatif terhadap kemampuan bayar debitur, khususnya di segmen UMKM, mikro, dan individual (consumer loan).
”Kenaikan ini memang memberi dampak ke stabilitas moneter, tetapi kita juga harus waspada terhadap tekanan yang ditimbulkannya pada kemampuan bayar konsumen,” tambah Samuel.
Baca Juga: Gandeng Deposito BPR by Komunal, LPS Gelar Edukasi Finansial
”Kami percaya sektor ini mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang ada untuk ekspansi lebih lanjut,” ucap Gromy.