Politik Bahas Soal Produksi dan Kualitas Gizi Pangan, Gibran ke Cak Imin: Enak...

Bahas Soal Produksi dan Kualitas Gizi Pangan, Gibran ke Cak Imin: Enak Banget Gus Jawab Sambil Baca Catatan

48
0

IndonesiaDiscover.com – Dalam segmen kedua debat keempat Cawapres 2024, para calon wakil presiden nomor urut dua dan nomor urut satu tampak saling menanggapi jawaban dengan panas.

 

Pada momen itu, Cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka menyindir Cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang menjawab pertanyaan dengan sambil membaca catatan.

 

“Enak banget, ya Gus ya, jawabnya sambil baca catetan, tadi,” tutur Gibran dalam Debat Cawapres di JCC Senayan, Minggu (21/1).

 

 

Untuk diketahui, momen tersebut terjadi usai Cak Imin menjawab pertanyaan yang dibacakan moderator soal Produksi dan Kualitas Gizi Pangan. Hal ini ditanyakan, dengan latar belakang bahwa perubahan iklim ekstrem mengancam produksi pangan dan menurunkan kualitas gizi pangan, hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia serta kecerdasan imunitas dan produktifitas.

 

“Bagaimana strategi paslon utk menghadapi dampak perubahan iklim terhadap produksi dan kualitas gizi pangan?,” kata moderator.

 

Lantas pertanyaan itu dijawab oleh Cak Imin dalam waktu 1 menit. Pasangan dari Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan ini mengatakan, tanpa krisis iklim pun, persawahan pertanian kita tidak memiliki air dan irigasi yang memadai.

 

“Bahkan lebih fatal lagi dalam mengadakan pengadaan pangan nasional, petani tidak dilibatkan dan bahkan hanya melibatkan korporasi, ini yang harus kita rubah,” kata Imin yang memang terlihat melirik catatan di atas podium.

 

“Kita ingin melihat, bahwa potensi petani dan seluruh produk produknya masih sanagt luar biasa, mulai dari pengadaan lahan yang memadai, dalam arti lahan lahan yang ada melalui reformasi agraria, reforma agraria menjadi prinsipnya. Kedua, petani kita harus beri pupuk yang cukup dengan harga yang terjangkau,” jelas Cak Imin.

 

“Bahkan banyak petani punya duit, tetapi pupuknya tidak ada. Bagaimana mungkin. Potensi pupuk organik yang menjadi satu bagian penting agar produksi pertanian kita makin berkualitas. Disisi lain kita ingin program gagal tanam gara-gara iklim juga kita berikan supaya petani kita aman dan yakin pada produksinya,” lanjut Cak Imin.

 

 

“Pengembangan dan subsidi pupuk tidak bisa dielakkan, tidak boleh melakukan pembiaran petani kita, sehingga kita kekurangan pangan, petani kita tidak diberi kesempatan mengisi kekurangan pangan itu. Kualitas pangan kita bergantung pada kemampuan kita memfasilitasi agar petani kita lebih produktif lagi dengan cara ini desa-desa kita libatkan untu menjadi satu kesatuan pengadaaan pangan yang berkualitas sekaligus kita hentikan ketergantungan dari pangan diluar produksi kita sendiri,” ungkap Cak Imin.

 

Menanggapi pertanyaan itu, lantas Gibran menjawab dengan menekankan soal ekstensifikasi dan intensifikasi lahan. Dalam hal ini, Gibran menyoroti soal komitmen pemerintah untuk mendekatkan pabrik pupuk dengan lahan pertanian, seperti di Fak-Fak, Papua.

 

“Kuncinya di sini, adalah ekstensifikasi dan intensifikasi lahan. Kemarin tahun lalu kita sudah bangun pabrik pupuk di Fak-Fak kuncinya untuk meningkatkan produktifitas kita harus genjot kawasan industri pupuk, kita dekatkan pupuknya dengan lahan lahan pertaniannya. Kuncinya pupuk harus didekatkan dengan lahan lahan petanian, otomatis produktifitas akan menignkat,” ungkap Gibran.

 

“Dan jangan lupa mekanisasi, kita ingin meningkatkan produktifitas para petani dan kita melibatkan generasi muda pakai smart farming maka itu pakai IoT utk melihat pH dan asam tanah kesuburan tanah dan juga penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan