IndonesiaDiscover –
Elektrifikasi memang meningkat pesat di Cina. Ditandai dengan mobil berpelat warna hijau yang lalu lalang di jalan raya saat kunjungan OTO.com ke sana beberapa waktu lalu. Pelat polisi dengan warna hijau menunjukkan bahwa mobil tersebut adalah kendaraan elektrifikasi baik itu hybrid, PHEV atau pun listrik murni.
Menurut situs eastasiaforum.org, pada 2022, satu dari setiap empat mobil yang terjual di Cina adalah mobil listrik. Total penjualan mobil elektrik pada tahun itu mencapai 6,9 juta unit dari total penjualan passenger car sebanyak 23,56 juta unit dan mobil niaga 3,3 juta unit. Sampai November 2023 kemarin, angka penjualan EV di Negeri Tirai Bambu sudah tembus di angka 8 juta unit.
Sebanyak 60 persen mobil plug-in hybrid (PHEV) dan listrik murni (battery electric vehicle/BEV) yang beredar di dunia pada 2023 diproduksi oleh Cina. Sekarang, 25 persen penjualan mobil baru di Cina adalah mobil elektrifikasi (PHEV dan BEV). Bandingkan dengan Eropa yang hanya 10 persen dan Amerika Serikat 6 persen. Sedangkan Jepang lebih rendah lagi cuma 3 persen.
Di puncak hiruk-pikuk pasar elektrifikasi di sana, berdiri BYD. Mendominasi pasar dengan produk mereka. Sejak 2008 sampai semester pertama 2023, total produksi NEV (neighborhood electric vehicle) yang dihasilkan BYD mencapai 6 juta unit kendaraan. Hasilnya juga sudah diekspor ke 70 negara di dunia. Kemudian menobatkan BYD sebagai pabrikan mobil elektrifikasi (PHEV dan BEV) terbesar kedua setelah Toyota yang telah menghasilkan 15 juta unit mobil elektrifikasi. Tapi jika dihitung sebagai pabrikan EV saja, BYD adalah produsen mobil listrik murni terbesar di dunia sekarang ini. Mengalahkan Tesla yang telah memproduksi 5 juta unit.
Baca juga: Serius Berinvestasi di Indonesia, BYD Masih Tunggu Kejelasan Regulasi
Menurut situs evmarketreport.com, BYD mendominasi penjualan mobil listrik di Tiongkok dengan menguasai pangsa pasar hampir 30 persen. Disusul oleh GAC Group, Geely Holding, Tesla dan GM Group. Dalam kurun 1,5 tahun terakhir yaitu dari 2022 sampai pertengahan 2023, angka penjualan PHEV mengalami kenaikan 24 persen, sedangkan penjualan mobil listrik sedikit menurun. Diramalkan pada 2026 nanti, kepemilikan mobil listrik di Cina akan menyamai mobil konvensional, terutama versi PHEV karena harganya dinilai lebih terjangkau oleh konsumen.
Di Cina sendiri, terdapat 90 brand kendaraan elektrik murni yang harga jualnya mulai dari US$5.000 sampai 90.000. Rata-rata harga EV di Cina pada tahun 2022 lalu sekitar US$53.800, bandingkan dengan harga EV di Eropa yang rata-rata berkisar di US$94.000.
Tingginya angka penjualan mobil elektrik itu salah satunya berkat subsidi dari pemerintah. Jadi barang siapa yang membeli mobil elektrifikasi (PHEV dan BEV) baik perorangan maupun perusahaan mendapatkan insentif yang menggiurkan. Dan pemerintah pun mempermudah regulasi bagi perusahaan yang ingin mengganti mobil dinas perusahaannya dari ICE ke EV.
Sebagai informasi tambahan, pasar Cina awal tahun 2000-an sampai 2016, didominasi oleh merek Volkswagen. Jalan-jalan di kota Shanghai, Changzhou, Guangzhou, Beijing dan sejumlah kota besar lainnya, termasuk taksi pun memakai brand Jerman tersebut. Kehadiran VW di Cina tidak lepas dengan sejarah otomotif di negara tersebut kisaran 35 tahun lalu. VW adalah brand yang berani masuk pasar Cina di tengah sangat protektifnya pemerintah Negeri Tiongkok pada waktu itu. Pabrikan dengan nyali besar memenuhi semua persyaratan dari pemerintah Cina kala itu.
Pada 2003 saat kami ke Shanghai, merek mobil lokal masih meniru gaya desain dari produk Jepang dan Eropa. Istilah kasarnya, Cina menjiplak model yang sudah ada. Kini setelah lebih 3 dasawarsa berlalu, justru brand Cina menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Cina pun memiliki bahasa desain yang berbeda dengan brand-brand lainnya. Hal itu diamini oleh President Director PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.
“Memang betul, selama 30 tahun brand VW menjadi raja di Cina, tapi sejak tahun 2020an, dominasi VW diruntuhkan oleh brand-brand dalam negeri Cina sendiri. Justru yang sekarang mendominasi adalah brand mobil dari Cina, bukan dari Jepang atau pun Eropa,” ujarnya saat ditemui di sela kunjungan media ke pabrik BYD beberapa waktu lalu.
(EKA/TOM)
Baca juga: Xiaomi Masuk Bisnis Mobil Listrik, Perkenalkan Sedan SU7