IndonesiaDiscover –
Kondisi global dan kesadaran akan bahaya pemanasan global, menyebabkan banyak pihak menghadirkan beragam upaya untuk turut serta mengatasi masalah lingkungan. Sudah banyak pendekatan dan konsep yang dihadirkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah konsep carbon neutrality.
Apa maksud istilah ini dan bagaimana dihubungkan dengan langkah industri secara global? Bagaimana pendekatan ini bisa mengajak semua elemen masyarakat baik individu maupun perusahaan menjadi agen perubahan? Serta apa perbedaannya dengan istilah net-zero emission yang juga kerap didengar?
Netralitas Karbon
Istilah netralitas karbon atau carbon neutral atau carbon neutrality, bermula dari kesadaran akan bahaya gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana yang memerangkap panas di atmosfer yang berakibat suhu bumi semakin meningkat. Proses ini dikenal sebagai efek rumah kaca dan diakui sebagai penyebab perubahan iklim yang kita alami saat ini.
Efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan global yang jika dibiarkan berlarut-larut akan sangat berbahaya bagi penghuni Bumi. Bermuasal dari itu, 195 negara di dunia melalui Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change – IPCC) meneken perjanjian untuk mencapai target emisi jangka panjang. Salah satunya adalah Indonesia.
Sebagai salah satu negara yang terlibat di dalam IPCC, Indonesia sudah berupaya untuk mencapai target emisi hingga nol pada 2060 mendatang dan saat ini sudah dilakukan berbagai langkah guna mencapai target tersebut.
Secara umum, netralitas karbon artinya nol karbon. Pengertian ini diungkapkan Kenneth Gillingham, Associate Professor of Economics dari Yale University School of the Environment yang menjelaskan bahwa setiap tindakan yang menghasilkan emisi akan disertai dengan tindakan lain yang pasti akan mengurangi, setidaknya mengimbangi emisi yang dihasilkan.
Guna mencapai netralitas karbon ini, hal pertama yang dilakukan adalah memperhitungkan seluruh emisi dari semua sumber, dan kemudian mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi yang sudah dihasilkan. Cara untuk mencapai netralitas karbon bisa dilakukan dengan pengurangan konsumsi energi, peralihan ke sumber energi terbarukan, dan penanaman pohon. Sesuatu yang jamak dilakukan berbagai perusahaan yang menciptakan emisi karbon.
Netralitas karbon sendiri bukan tentang bagaimana menghilangkan emisi karbon secara mutlak. Peter Boyd, Resident Fellow di Center for Business and the Environment mengungkapkan, netralitas karbon lebih ke bagaimana mengurangi emisi yang disebabkan oleh aktivitas manusia ke tingkat emisi karbon yang lebih rendah. Tingkat yang dimaksud ini adalah tingkat di mana alam memiliki kemampuan untuk menyerap sehingga planet dalam keseimbangan.
Artinya di dalam hal ini, langkah-langkah mengurangi emisi karbon adalah tanggung-jawab bersama. Baik manusia selaku individu maupun perusahaan yang melakukan aktivitasnya di muka Bumi.
Setiap Individu Bisa Menjadi Agen Carbon Neutrality
Lantas bagaimana dengan manusia selaku individu bisa ikut berperan dalam menetralitas karbon di muka bumi? Artinya, kita semua bisa menjadi agen perubahan di dalam pengurangan emisi karbon dalam hal yang sekecil apa pun.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA), carbon footprint setiap orang bisa dihitung. Dengan demikian, setiap orang bisa mengompensasi sumbangannya terhadap efek rumah kaca (greenhouse), dengan menjadi agen pengurangan emisi.
Contoh yang kongkrit. Anda punya mobil yang suka dipakai pergi ke kantor, lantas kendaraan tersebut Anda kemudikan dengan efisien dan memakai bahan bakar fosil dengan kandungan emisi karbon yang rendah, Anda sudah menjadi agen carbon neutrality.
Memilih kendaraan jenis hybrid dengan tujuan ingin mengefisiensikan pemakaian bahan bakar dan menghasilkan emisi karbon yang rendah, juga sudah menjadi bagian dari aksi netralitas karbon. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor ke kantor, lantas menggantinya dengan transportasi umum atau bersepeda juga menjadi bagian dari aksi nyata carbon neutrality.
Anda selaku individu juga bisa mengajak anggota keluarga di rumah berperan serta mengurangi emisi karbon. Misalnya dengan mengajak anggota keluarga memakai energi listrik secara efisien atau menghematnya. Misal, mengefisienkan pemakaian AC, mesin cuci, mengurangi penggunaan bahan plastik, memperbanyak pemakaian bahan-bahan yang bisa didaur ulang dan lain-lain.
Mengumpulkan dan memilah sampah berdasarkan materialnya dan menjadikan sisa makanan sebagai kompos organik juga merupakan langkah nyata individu menjadi agen perubahan.
Perbedaan Netralitas Karbon Dengan Net-Zero Emission
Dalam isu emisi karbon, juga dikenal dengan istilah net-zero emission. Konsep ini juga sangat akrab di dunia otomotif. Lantas apa perbedaannya dengan konsep carbon neutrality?
Sebenarnya kedua istilah ini serupa, yakni upaya untuk mengurangi dan menyeimbangkan jejak karbon. Netralitas karbon mengacu pada penyeimbangan jumlah total emisi karbon, sedangkan Net-zero berarti tidak ada karbon yang dilepas sejak awal, jadi tidak ada karbon yang perlu diserap atau diimbangi. Sebagai contoh, jika sebuah fasilitas sepenuhnya menggunakan tenaga surya dan tidak menggunakan bahan bakar fosil sama sekali, maka fasilitas tersebut dapat diberi label penggunaan energinya sebagai “zero carbon”.
Kenneth Gillingham berpendapat, kondisi zero carbon adalah sesuatu yang dianggap mustahil dalam kondisi masyarakat saat ini. Itu sebabnya term netralitas karbon lebih banyak dipilih untuk langkah yang dilakukan saat ini sedangkan net zero dipilih sebagai sebuah kondisi ideal masa depan.
Manfaat Netralitas Karbon
Brad Gentry, Profesor FK Weyerhaeser dalam penjelasannya mengungkapkan, menjadi netralitas karbon adalah menjadi bagian dari tanggung jawab sebagai seorang warga negara, atau lebih luasnya warga dunia. Langkah ini sekarang dipandang paling penting untuk menjadi solusi terhadap perubahan iklim dengan mengurangi emisi dari kehidupan sehari-hari.
Manfaat lainnya, ketika sebuah perusahaan besar menghilangkan atau menyerap lebih banyak CO2 daripada yang dihasilkannya, maka perusahaan memiliki jumlah emisi karbon negatif dan tentu saja berdampak positif terhadap iklim. Perusahaan perlu memahami dengan tepat apa saja jejak karbon yang dimilikinya. Perusahaan juga perlu menangani langkah tambahan untuk menyerap lebih banyak karbon.
(OTO)
Baca juga: Harga Bahan Bakar Oktober 2023, Makin Mahal!