Otomotif Tiga Celah Keamanan yang Bisa Bikin Cemas Pengguna Mobil Listrik

Tiga Celah Keamanan yang Bisa Bikin Cemas Pengguna Mobil Listrik

12
0
Tiga Celah Keamanan yang Bisa Bikin Cemas Pengguna Mobil Listrik

IndonesiaDiscover –

Tren kendaraan listrik yang meningkat tidak hanya di Indonesia bahkan global, meningkatkan kewaspadaan pada masalah laten. Selain ancaman dari kerusakan teknis seperti kebakaran pada perangkat baterai, konsumen electric vehicle (EV) juga bisa mendapatkan ancaman dari kejahatan siber.

Check Point Software, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keamanan siber, mengungkapkan tren kejahatan siber pada kendaraan listrik meningkat. Bahkan berdasarkan Global Automotive Cybersecurity Report, pada 2022 lalu ancaman pada API (Application Programming Interface) dapat meningkat hingga 380 persen, dan angka ini hanya 12 persen dari seluruh insiden yang terjadi.

Kendaraan listrik merupakan produk yang bertumpu pada teknologi terdepan dan makin terhubung dengan internet, yang membuat risiko kejahatan siber meningkat. Keselamatan pengguna EV dan keamanan data jadi taruhan yang penting karena kejahatan siber selalu berkembang mengikuti teknologi dan mengedepankan perubahan. Pengguna produk mobilitas modern maka memerlukan kewaspadaan tertentu menghalangi penjahat siber beroperasi.

Review Volvo C40 Recharge

“Masa depan mobilitas yang terhubung serta kendaraan listrik sangat menarik, namun juga memberikan tantangan pada keamanan yang sangat tinggi. Jika kita bisa memahami ini dan meyakinkan bahwa keamanan teknologi jadi yang terpenting, maka kita bisa merasakan keuntungan yang besar dari teknologi yang tengah berkembang tersebut,” ucap Teong Eng Guan, Regional Director, Southeast Asia and Korea di Check Point Software Technologies dalam keterangannya baru-baru ini.

Baca juga: Marak Kasus Kebakaran EV, Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Bahaya Kendaraan Listrik

Check Point Software memberikan tiga celah yang bisa dimanfaatkan penjahat siber untuk mengganggu pemilik kendaraan listrik. Pertama, mengambil alih kontrol kendaraan dari jarak jauh. Kemungkinan ini dapat terjadi karena produk EV belakangan terhubung dengan sistem internet dan bagi penjahat siber dengan kemampuan canggih, kemungkinan ini bisa saja terjadi.

Kedua, celah melalui sistem pengisian daya di SPKLU. Kemungkinan pertama, penjahat siber bisa memanipulasi SPKLU agar mengganggu proses pengisian daya, hingga merusak baterai. Kemungkinan lain, penjahat siber akan mendirikan SPKLU palsu yang bertujuan untuk mencuri data pribadi pengguna EV.

Tesla Charge

Masih dari celah SPKLU, penjahat siber dapat mengambil data melalui perangkat pengisian daya pintar melalui kebiasaan pengisian konsumen dan pola penggunaan yang terlihat jelas. Jika pengelola SPKLU tidak memiliki keamanan data yang baik, penjahat siber dapat mencuri data konsumen dan digunakan untuk kejahatan.

Celah SPKLU ini juga masih bisa dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab dengan mengirim virus serta akses ilegal untuk sistem pembayaran. Sekali lagi, karena sistem pengisian juga bergantung pada konektivitas internet, maka titik serangan bisa dilakukan dan mengganggu sistem operasi kendaraan juga stasiun pengisian daya.

Ketiga, serangan siber bisa dilakukan dengan menggangu konektivitas antara kendaraan juga sistem operasi jalanan. Konsep terhubung pada produk otomotif modern ini bertujuan untuk menggerakkan sistem otonom pada kendaraan. Ini membuat produk EV mengoleksi data mengenai lalu lintas, cuaca, dan beragam faktor berkendara lainnya. Penjahat siber dapat memodifikasi kendaraan dan memberikan data palsu yang membuat kendaraan bergerak ke arah risiko kecelakaan. Selain itu lalu lintas yang terhubung dengan sistem internet juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kekacauan dan kebingungan hingga menyebabkan kemacetan.

Tesla IOT

Setelah mengetahui risiko yang bisa dirasakan pada kendaraan EV modern, apa yang bisa dilakukan sebagai bentuk pengamanan? Langkah yang dilakukan cukup sederhana. Pengguna EV diwajibkan rajin untuk terus memperbarui perangkat lunak, menghindari penggunaan saluran Wi-fi publik, membuat kata sandi yang kuat, dan memonitor perilaku yang tidak biasa pada kendaraannya secara berkala.

Pengemudi juga wajib melakukan laporan bila ada masalah ke produsen otomotif. Saat menggunakan SPKLU, selalu gunakan pemeriksaan resmi dan proses cek apakah stasiun pengisian daya ini aman digunakan.

Lebih jauh, produsen EV harus meyakinkan penggunaan peranti lunak yang aman dari serangan siber. Ini termasuk membatasi akses pada perangkat lunak yang digunakan. Selain itu sangat disarankan bagi pengguna EV untuk memantau transaksi dan melaporkan aktivitas mencurigakan pada pabrikan.

(STA/TOM)

Baca juga: Pemerintah Berhasrat Tumbuhkan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia

Tinggalkan Balasan