InfoMalangRaya –
Indonesia Bidik Pasar Afrika, Kuatkan Kerja Sama Global Selatan
Daya belinya jauh di bawah pasar ekspor tradisional, tapi Afrika sangat menjanjikan dilihat dari pertumbuhan ukuran pasar, kompetisi dagang, dan barrier perdagangan.
Diplomasi Indonesia kini mulai mengarah ke kerja sama global selatan (global south). Kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke tiga negara Afrika, yakni Kenya, Tanzania, dan Mozambik, termasuk ke Afrika Selatan (KTT BRICS), menjadi momentum baru untuk penguatan diplomasi, ekonomi, dan perdagangan Indonesia-Afrika.
Pesan Presiden Joko Widodo tentang pentingnya penguatan kerja sama global south bernuansa diplomatik strategis yang perlu ditindaklanjuti. Pasar Afrika dinilai memiliki potensi yang sangat besar sebagai tujuan ekspor alternatif Indonesia, khususnya untuk pasar ekspor perdana produk manufaktur nasional, sebelum merambah ke pasar-pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, atau Tiongkok.
Meskipun daya beli pasar Afrika masih jauh di bawah pasar ekspor tradisional, Afrika sangat menjanjikan jika dilihat dari segi pertumbuhan ukuran pasar, kompetisi dagang, dan barrier perdagangan.
Kendati memiliki hubungan historis cukup panjang dengan negara-negara Afrika, Pemerintah Indonesia baru mulai melirik pasar Afrika dalam dua dekade terakhir. Pasar Afrika sama besarnya dengan Tiongkok. Populasi Afrika diperkirakan mencapai 1,3 miliar (2019), mewakili 16 persen populasi dunia.
Menurut perkiraan PBB, populasi Afrika dapat mencapai 2,49 miliar pada tahun 2050 atau sekitar 26 persen dari total penduduk dunia dan 4,28 miliar pada 2100 atau sekitar 39 persen dari total penduduk dunia. Artinya, Indonesia memiliki potensi strategis untuk menguatkan hubungan diplomatik, menjalin kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi dengan negara-negara Afrika.
Bahkan, di tengah situasi pasar global yang tidak menentu, akibat pandemi dan konflik Rusia-Ukraina pertumbuhan Afrika cukup baik dalam lima tahun terakhir. African Development Bank memprediksi pada 2023, ekonomi Afrika dapat tumbuh 4 persen, bahkan di 2024 menjadi 4,3 persen.
Kunjungan Presiden Jokowi ke empat negara Afrika pada 20–25 Agustus 2024 merupakan lawatan pertama sebagai presiden sejak 2014. Kepala Negara menyatakan, Indonesia dan Afrika memiliki hubungan historis yang panjang karena Indonesia adalah penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika (KAA) di tahun 1955.
Selain itu, Indonesia juga berperan penting dalam melahirkan Gerakan Nonblok. “Spirit Bandung inilah yang akan saya bawa dalam kunjungan ke Afrika dengan memperkokoh solidaritas dan kerja sama di antara negara-negara the global south,” ujarnya.
Ketika Presiden Jokowi bertemu Kepala Negara Kenya dan Tanzania maupun pengusaha setempat, mereka telah menunjukkan komitmennya untuk terus memperkuat kerja sama dengan Indonesia. Apalagi kedua negara tersebut telah membuka kedutaan besar mereka di Jakarta pada 2022.
Presiden RI berharap kepada Presiden Republik Kenya William Ruto menjadikan Indonesia sebagai pintu masuk ke ASEAN dan Kenya dapat jadi pintu masuk Indonesia ke Sub-Sahara Afrika. Terlebih lagi nilai perdagangan antarkedua negara pada tahun 2022 mencapai kisaran USD507 juta sehingga perlu diperluas lagi. Untuk itu, kedua negara sepakat untuk mendorong pembentukan preferential trade agreement (PTA).
Pemerintah Indonesia dan Kenya mengikat kerja sama di bidang energi terbarukan, farmasi dan infrastruktur. Di antaranya, investasi Pertamina dengan Geothermal Development Company senilai USD1,5 miliar dan Guma Group di bidang energi baru terbarukan.
Indonesia juga berkomitmen memberikan bantuan kepada Kenya melalui Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) dalam bidang kesehatan, ketahanan pangan, dan penanganan bencana.
Grand Desain Pembangunan Indonesia-Afrika
Saat di Tanzania, Presiden Jokowi menyampaikan pihak Indonesia siap mewujudkan kolaborasi konkret dengan Afrika. Untuk itu, Indonesia sedang merampungkan desain besar pembangunan lima tahun ke depan untuk Afrika.
Salah satunya melalui rencana revitalisasi Farmer’s Agriculture dan Rural Training Center di Morogoro Tanzania. Tidak hanya sektor pertanian, Indonesia juga siap memenuhi kebutuhan produk farmasi di Tanzania.
Mozambik, merupakan negara Afrika pertama yang memiliki komitmen PTA dengan Indonesia. Sejak itu, nilai perdagangan kedua negara melesat hingga 78% pada Juni 2023.
Pemerintah Indonesia dan Mozambik juga menyepakati untuk memperkuat kerja sama bidang energi khususnya migas dan pembangkit listrik serta memperkuat ketahanan kesehatan Mozambik melalui pengadaan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan.
Di depan forum Konferensi Tingkat Tinggi Aliansi Brazil, Rusia, India, dan Afrika Selatan (KTT BRICS) di Johannesburg, Afrika Selatan, Presiden Jokowi mengajak seluruh negara berkembang untuk bersatu dan memperjuangkan haknya untuk kemajuan negaranya.
BRICS adalah aliansi kekuatan baru dari negara-negara yang ekonominya sedang berkembang pesat. Aliansi ini mampu mengimbangi kekuatan dari negara-negara maju yang tergabung dalam G7 maupun G20. Pada kesempatan itu, Indonesia masih mengkaji kemungkinan untuk bergabung dalam BRICS.
Selalu Surplus
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W Kamdani menjelaskan bahwa Afrika sangat menjanjikan karena mereka juga memiliki barrier perdagangan yang tidak sophisticated. Para pengusaha Indonesia, relatif sangat mudah untuk melakukan penetrasi pasar ke sana meskipun dengan produk ekspor dengan standar nasional.
Menyikapi situasi pasar global saat ini, menurut Shinta Kamdani, Afrika menjadi pasar ekspor yang sangat cocok untuk menjadi pasar ekspor perdana produk manufaktur nasional sebelum merambah ke pasar-pasar ekspor dengan standar pasarnya yang rumit seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, atau Australia.
Sejauh ini, menurut catatan Kadin sudah dibuktikan dengan perdagangan dengan Mesir, Afrika Selatan, Mozambik, Kenya, dan negara Afrika lainnya. Negara-negara Afrika memiliki pertumbuhan ekspor yang sangat baik, bisa mencapai 40-50% per tahun dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor Indonesia ke kawasan lain di dunia, juga berpotensi menciptakan surplus dagang yang cukup banyak untuk Indonesia.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari