IndonesiaDiscover –
Isu pemanasan global merupakan persoalan bersama semua manusia di bumi. Tanpa terkecuali, semua orang akan merasakan dampaknya. Belakangan ini aksi penyelamatan bumi disuarakan dengan semakin lantang, khususnya dalam meningkatkan kesadaran akan carbon footprint atau jejak karbon.
Apa Itu Jejak Karbon?
Singkatnya, jejak karbon adalah jumlah total karbon atau emisi gas rumah kaca (termasuk karbon dioksida dan metana) yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan industri dalam periode waktu tertentu. Selama kurun waktu tersebut, jejak karbon yang dihasilkan dapat memberikan dampak buruk terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi dan tentunya membahayakan semua makhluk hidup.
Mengingat semakin meningkatnya populasi dan globalisasi, tingkat jejak karbon yang dihasilkan pun semakin tinggi. Hal ini dapat memicu kerusakan alam seperti cuaca ekstrem, kekeringan, kelangkaan air bersih, perubahan produksi rantai makanan, dan bencana alam lainnya.
Mengetahui hal ini, kita harus mengambil tindakan untuk mengurangi jumlah jejak karbon yang dihasilkan demi menyelamatkan masa depan bumi kita. Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah memahami asal dan cara menghitung jejak karbon.
Apa Saja Hal yang Menyebabkan Jejak Karbon?
Sebelumnya, kita perlu mengetahui asal jejak karbon. Disadari atau tidak, rupanya banyak sekali aktivitas manusia yang menyumbang besarnya jejak karbon di bumi. Bahkan, hal-hal yang terkesan sepele seperti memakan daging saja juga memiliki andil dalam permasalahan ini. Lantas, apa saja hal yang menyebabkan adanya jejak karbon?
● Penggunaan Kendaraan Berbahan Bakar Fosil
Kendaraan pribadi yang kita gunakan, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, atau gas, meninggalkan jejak karbon yang besar. Mempertimbangkan penggunaannya yang rutin dan kemacetan yang sering menjebak, mesin kendaraan pun akan melepaskan gas emisi yang lebih banyak ke udara.
● Penggunaan Energi Listrik dan Air
Selain bahan bakar fosil, gas emisi juga dihasilkan dari penggunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Gas emisi ini berasal dari pembangkit tenaga listrik yang membutuhkan bahan bakar minyak atau batu bara untuk beroperasi, sehingga dalam menggunakan listrik, tanpa disadari, lagi-lagi kita turut menyumbang jejak karbon. Begitu juga dengan penggunaan air yang tidak bijak. Proses pengelolaan air bersih pun membutuhkan bahan bakar yang sama dengan pembangkit tenaga listrik.
● Konsumsi Makanan
Seperti yang sempat disinggung, konsumsi makanan ternyata juga berkontribusi dalam peningkatan jejak karbon. Hal ini dilihat dari proses panjang pengolahan bahan makanan tersebut hingga sampai ke tangan kita.
Misalnya pada daging sapi, gas emisi ini diakumulasi sejak dari peternakan, proses produksi, pengolahan daging, sampai pendistribusian. Tak lupa disebutkan, pendistribusian ini bisa dilakukan antar negara, yang mana semakin menambah total jejak karbon yang dihasilkan.
● Penebangan Hutan
Sumbangan-sumbangan gas emisi ini semakin parah dengan maraknya penebangan hutan di penjuru dunia. Padahal, hutan berfungsi sebagai filter alami yang dapat menyerap karbon dan mengubahnya menjadi oksigen yang baik dan diperlukan oleh manusia.
Dampak Jejak Karbon Terhadap Bumi
Sadarkah kamu bahwa dampak menumpuknya jejak karbon sudah terjadi di berbagai wilayah di dunia dan bisa kita rasakan saat ini? Ya, pemanasan global terbukti memiliki efek domino dan telah mengakibatkan banyak kerusakan alam seperti:
● Cuaca ekstrem dan bencana alam: jejak karbon membuat suhu bumi naik secara drastis dan menimbulkan bencana alam seperti badai, banjir, dan kekeringan.
● Mencairnya es kutub: perubahan suhu yang ekstrem berakibat pada menipisnya lapisan es di kutub dan berujung pada terganggunya ekosistem di kutub dan naiknya permukaan laut.
● Ekosistem laut menjadi rusak: tak berhenti sampai di situ, gas emisi yang dihasilkan manusia mengkontaminasi laut dan membuat kadar asam menjadi tinggi. Alhasil, ekosistem laut pun ikut terganggu karena makhluk hidup di dalamnya sulit bertahan hidup.
● Berkurangnya air bersih: ketika air laut memiliki kadar asam yang tinggi, kita tidak lagi punya sumber air yang dapat digunakan.
● Perubahan produksi rantai makanan: perubahan iklim yang ekstrem membuat bumi menjadi lebih panas atau malah memiliki curah hujan yang tinggi, berakibat pada perubahan produksi rantai makanan karena banyak tanaman, seperti padi, yang kehilangan kemampuan untuk tumbuh dengan baik.
● Penyebaran penyakit: pergeseran wilayah tropis ke subtropis akibat penumpukan jejak karbon juga menjadi masalah yang gawat karena penyebaran penyakit tropis ke berbagai daerah menjadi lebih mudah dan kesehatan tubuh pun terancam.
Yuk, Mulai Menghitung Jejak Karbon!
Memahami dampak jejak karbon yang telah disebutkan, tentu cukup mengkhawatirkan. Namun, kita masih memiliki waktu untuk mengurangi jejak karbon dan menyelamatkan masa depan bumi kita.
Langkah awal yang bisa diambil adalah dengan menghitung jejak karbon yang kita hasilkan. Mengapa? Mengukur jejak karbon kita sangat penting untuk mengidentifikasi sumber yang menghasilkan emisi CO2 dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi atau membatasi emisi gas rumah kaca.
Bagaimana caranya? Kamu bisa dengan mudah menggunakan carbon calculator yang merupakan hasil kerjasama Wonderful Indonesia bersama Jejak.in! Tak hanya mengusung sustainable tourism, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengajak kamu untuk turut berkontribusi dalam ketahanan ekosistem alami Indonesia. Yuk, ikutan!
Memang, mengurangi jejak karbon memang tidak dapat dilakukan hanya dalam satu malam dan tidak bisa kita lakukan sendiri. Namun, dengan mengambil langkah-langkah kecil, bersama-sama kita bisa mulai membuat perubahan besar!