Jakarta, IndonesiaDiscover – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Dit PMPK) melakukan kunjungan
Kegiatan itu merupakan momentum bagi Kemendikbudristek untuk memotret praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) agar dapat diketahui masyarakat secara luas dan saling menginspirasi satu sama lain.
Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Barat (BBPMP Jabar), Sri Wahyuningsih mengapresiasi upaya TK Cikal Harapan untuk menghadirkan pembelajaran yang sesuai karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
“Kami berharap konsep pembelajaran menyenangkan dan penuh makna dapat terus diperkuat. Berbagai materi pembelajaran yang mengarahkan anak untuk melakukan berbagai pembiasaan baik, idealnya harus terus didorong agar terbentuk karakter positif pada anak-anak,” ucap Sri Wahyuningsih, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudtiste di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Sri juga menekankan pentingnya guru untuk mengikuti perkembangan zaman terutama dengan pemanfaatan teknologi. Kemampuan pendidik dalam mentransformasikan pendidikan harus terus diasah guna mempersiapkan bekal bagi generasi mendatang. “Dengan teknologi, sekat pembelajaran dapat kita hilangkan. Guru harus rajin memperbarui indormasi di berbagai kanal guna meningkatkan kualitas dirinya serta memberikan layanan terbaik bagi peserta didik,” tekan Sri.
Kepala Sekolah TK Cikal Cahaya, Riyanti Vitriyana mengaku senang menerapkan Kurikulum Merdeka. Menurutnya, esensi kurikulum tersebut sudah sejalan dengan kurikulum yang diterapkan di sekolahnya. “Dengan adanya Kurikulum Merdeka, kami merasa senang karena konsep pembelajaran yang kami terapkan sejak sekolah ini berdiri, ada payung hukumnya,” ucap kepala sekolah yang sudah mengabdi sejak tujuh tahun lalu di sekolah ini.
Riyanti mengisahkan bahwa dalam memetakan karakteristik peserta didik, sekolah melihat minat, bakat, maupun keunikan calon peserta didik melalui proses asesmen. “Proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah, tema dan target pembelajarannya juga sama, yang berbeda adalah kami ciptakan suasana yang menyenangkan dalam prosesnya,” urainya menjelaskan praktik pembelajaran berdiferensiasi.
“Saya melihat bagaimana karakter anak dan menganalisis kebutuhan mereka untuk mengembangkan potensinya. Misalnya untuk anak kinestetis, kebutuhan mereka bergerak sangat tinggi. Maka kami sediakan waktu untuk mereka bergerak. Kami buat kesepakatan berapa hitungan mereka mau bermain misalnya 10 hitungan. Setelah selesai, mereka kembali duduk tertib untuk belajar,” tutur Riyanti yang mengutamakan kebahagiaan anak dalam proses belajar.
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan TK Cikal Cahaya, guru menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam pelajaran sains misalnya, anak yang memiliki bakat seni diberi kebebasan untuk mencampur warna. Lalu bagi anak yang berbakat secara kinestetis akan diajak untuk memahami konsep pembelajaran melalui gerak tubuh yang melibatkan anak didik.
“Saat belajar seni, kami berikan mereka media kosong, untuk mereka gambar sesuai dengan imajinasi mereka masing-masing. Misalnya guru mengarahkan anak-anak untuk menggambar kendaraan, kemudian anak-anak bebas menggambar kendaraan yang disukainya,” jelasnya seraya tetap menyisipkan muatan literasi dan numerasi. Tidak hanya kertas, Riyanti juga mengenalkan peserta didiknya dengan bahan lain seperti plastisin, kardus, dan lainnya yang aman bagi anak.
Lebih lanjut, ia menyebutkan manfaat yang dirasakan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Menurutnya, pembelajaran terasa lebih fleksibel dan menarik bagi siswa. Di sisi lain, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan sumber belajar bisa diperoleh dari mana saja. Guru hanya sebagai fasilitator. “Keterlibatan anak dalam proses belajar jauh lebih besar. Kami tidak menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya ceramah berlebihan maupun drilling. Kami pancing anak untuk lebih banyak berekpresi,” imbuhnya.
TK Cikal Cahaya adalah sekolah percontohan yang sudah dua tahun terakhir menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebelum menjadi sekolah percontohan, sekolah ini mendapat berbagai pelatihan agar dapat memberi pengimbasan yang baik bagi sekolah, gugus maupun kecamatan sekitar. Setelah sekolahnya mendapat pelatihan dan lolos seleksi sebagai Sekolah Penggerak, barulah Riyanti semakin percaya diri menjalankan amanah untuk mengimbaskan praktik baik pembelajaran kepada TK lainnya.
“Proses pengimbasan diawali dengan sosialisasi kepada kepala sekolah sekitar, kami ajarkan pula bagaimana memanfaatkan platform Merdeka Mengajar, bagaimana cara membuat dan mendapat akunnya. Peserta terlihat antusias dan mau mencoba dengan semangat,” ungkap Riyanti.
Besarnya manfaat yang dirasakan orang tua atas mutu pembelajaran membuat TK ini mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar. Riyanti mengklaim bahwa calon peserta didik di sekolahnya tiap tahun terus meningkat. Model pembelajaran yang diterapkan di sekolah terdiri atas 50 persen di dalam ruangan, 50 persen di luar ruangan. Sebelum masuk kelas, siswa diajak untuk berolah raga ringan.
“Sekolah kami tahun ini memiliki 120 orang siswa yang diajar oleh 14 orang guru. Ada tiga kelas untuk kelas A, empat kelas untuk TK B, dan satu kelas untuk kelompok bermain. Sementara untuk sarana dan prasarana terus ditingkatkan pengadaannya guna menunjang proses belajar,” ucapnya.
Mawar selaku perwakilan Komite TK Cikal Cahaya, menyampaikan apresiasi dan dukungan kepada sekolah. Menurut Mawar, kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam mendukung proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh alur komunikasi yang baik dan lancar.
“Sekolah mau mendengar masukan dari orang tua, jika ada masalah diselesaikan secara musyawarah untuk mendapat win win solution. Itulah alasan mengapa dengan senang hati orang tua di sini mau membantu dan terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah,” ungkap Mawar antusias.
Penilik sekolah dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, Ayo Mustaro, yang turut hadir mendampingi kegiatan kunjungan Kemendikbudristek di TK Cikal Cahaya menyampaikan apresiasi atas kehadiran Kemendikbudristek. Dinas Pendidikan, kata Mustaro, senantiasa mendukung IKM dengan memberi pelatihan kepada kepala sekolah supaya lebih siap dalam menerapkan pembelajaran. “Ada 84 penilik di Kabupaten Bogor dan semuanya aktif membantu memberi penyuluhan dan pelatihan bagi 96 lembaga pendidikan,” sebutnya.
Komitmen Kolaborasi Pusat dan Daerah Sukseskan IKM
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor pertahun 2023, total Sekolah Penggerak ada 171. Terdiri atas 15 Kelompok Bermain (KB), 5 Satuan PAUD Sejenis (SPS), 27 TK, 28 SD, 60 SMP, 23 SMA, dan 3 SLB. Untuk data sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka tahun 2022 pada semua jenjang yaitu 1) Mandiri Belajar 707 sekolah, 2) Mandiri Berubah 510 sekolah, dan 3) Mandiri Berbagi 53 sekolah.
Sedangkan untuk sekolah yang mendaftar IKM tahun ini yaitu 1) pendaftar baru sebanyak 1.371 sekolah, 2) pendaftar refleksi berubah sebanyak 531 sekolah, dan 3) pendaftar refleksi tetap sebanyak 201 sekolah. Dari 1.371 sekolah yang mendaftar baru IKM tahun 2023, pendaftar baru mandiri belajar sebanyak 187 sekolah. Pendaftar baru mandiri berubah sebanyak 1.158 sekolah. Pendaftar baru mandiri berbagai sebanyak 26 sekolah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Hartono Anwar menyampaikan komitmennya untuk mendukung IKM. “Kami siap berdampingan dengan Kemendikbudristek menyukseskan IKM di Kabupaten Bogor,” tegasnya di titik kedua kunjungan yakni Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Senin (16/5) lalu.
Sementara itu Kepala BBPMP Jabar, Sri Wahyuningsih berharap, tahun ini dinas pendidikan dapat mempersiapkan diri untuk membina Sekolah Penggerak yang dari waktu ke waktu jumlahnya terus meningkat. “Banyak yang perlu dibenahi dan dipersiakan. Mulai dari data Dapodik, upaya menjalin kemitraan dengan berbagai mitra terkait baik dari lembaga pendidikan maupun kalangan industri, serta perbaikan tata kelola organisasi,” pesan Sri.
Dalam kunjungan tersebut turut hadir Jalaludin, selaku Tutor PKBM Mashagi, Pabuaran, Kecamatan Bojong Gede, Bogor. Ia mengungkapakan bahwa dalam proses belajar mengajar sekolahnya memanfaatkan modul di laman kemendikbud.go.id. Modul ini bisa diakses di mana saja dan kapan saja. “Proses pembelajaran Kurikulum Merdeka ini lebih memudahkan, lebih merdeka, dan orinetasinya memang pada kebutuhan peserta didik,” katanya yang memiliki total 290 peserta didik.
Sumber Foto: Kemendikbudristek