Politik Indonesia Bisa Kembalikan Sentralitas ASEAN

Indonesia Bisa Kembalikan Sentralitas ASEAN

3
0


Jakarta, IndonesiaDiscover – Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Randy Wirasta Nandyatama, menyatakan sebagai ketua ASEAN, Indonesia bisa mengembalikan sentralitas perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara saat KonferensiTingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN atau ASEAN Summit di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada 9-12 Mei 2023.

Menurut Randy, KTT tersebut dapat kembali menjadi forum penyelesaian masalah regional.

Hal tersebut disampaikan Randy, melalui keterangan tertulisnya yang dilansir Antara, Minggu (16/4/2023).

“Klaim sentralitas ASEAN bisa terjadi, salah satunya dengan mendorong atau langkah lebih lanjut soal penyelesaian konflik Laut China Selatan,” ujar Randy.

Randy menegaskan, dalam beberapa waktu terakhir ASEAN dianggap kurang greget.

“Indonesia bisa jadi fasilitator, ASEAN bisa menjadi fasilitator untuk penyelesaian laut China Selatan,” kata Sekretaris Departemen HI UGM itu.

Randy mencontohkan, ASEAN tidak lagi menjadi sentralitas karena pertama, semakin kuatnya pengaruh China dan Amerika Serikat.

“Kedua kalau dilihat teknis saja, negara lain yang dulunya selalu menggunakan forum ASEAN untuk saling berkomunikasi, saat ini muncul forum lain, kerja sama di luar ASEAN,” kata Randy.

Menurut Randy, ASEAN harus bisa menunjukkan kemampuannya sebagai forum untuk menyelesaikan isu regional.

Implikasinya, Indonesia harus mendorong Code Of Conduct (COC) atau Declaration On The Conduct Of Partners In The South China Sea, atau Kode Etik Kemitraan di Laut China Selatan.

Selain itu, untuk mengembalikan sentralitas ASEAN, Indonesia perlu aktif dalam penyelesaian krisis di Myanmar.

Sebab, selama ini ASEAN dianggap sebagai forum yang nyaman untuk semua orang dan efektif.

“Di mana-mana banyak yang mengatakan terkait Myanmar, ASEAN-lah yang harus berperan. ASEAN sudah melakukan itu dengan membuat Lima Poin Konsensus atau Five Point of Consensus. Kayaknya agak susah. Itu muncul berkaitan dengan keketuaan ASEAN sendiri,” katanya.

Randy mengatakan, tampaknya five point of consensus itu belum dihormati.

Randy mencontohkan, ada degree isu yang lebih mudah, misalkan memberikan akses bantuan.

“Jujur tidak bisa menyelesaikan masalah Myanmar selama setahun ini, tapi Indonesia bisa mendorong Myanmar untuk menunjukkan itikad baik karena sampai sekarang belum ada. Misalkan memberikan akses humanitarian dan AIDS, meski itu agak susah,” ujarnya.

Keterangan Foto: Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Randy Wirasta Nandyatama. Foto: UGM

 

Tinggalkan Balasan