Ekonomi & Bisnis Indonesia akan Miliki Klaster Industri dengan Energi Bersih hingga 6,6 GW

Indonesia akan Miliki Klaster Industri dengan Energi Bersih hingga 6,6 GW

8
0
Indonesia akan Miliki Klaster Industri dengan Energi Bersih hingga 6,6 GW
Proyek PLTP Dieng 2 berkapasitas 55 MW merupakan salah satu Proyek Strartegis Nasional (PSN) dan masuk dalam Fast Track Program (FTP) tahap II 10.000 MW dari program 35.000 MW pada sektor pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan pemerintah.(Antara)

INDONESIA disebut akan memiliki kapasitas energi bersih hingga 6,6 gigawatt (GW) dari pengembangan klaster industri berbasis energi bersih. Itu berasal dari salah satu klaster industri terintegrasi yang saat ini mengonsumsi energi hingga 4,5 GW yang akan ditambah kapasitasnya.

Hal itu disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani dalam sesi panel di World Economic Forum (WEF) bertajuk Industrial Clusters as Energy Pioneers di Davos, Swiss. 

“Target kami adalah memastikan seluruh kebutuhan energi sebesar 6,6 GW di klaster ini menggunakan energi bersih,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (26/1).

Lebih lanjut, Rosan menyoroti pentingnya pendekatan berbasis klaster industri untuk membangun ekosistem industri yang berkelanjutan. Ia menyampaikan bahwa Indonesia telah meluncurkan klaster industri dengan target emisi nol (net zero emission), menjadikannya yang pertama di ASEAN. Salah satu contohnya adalah klaster industri terkait nikel. Seluruh rantai pasok mulai dari produksi nikel hingga daur ulang baterai kendaraan listrik terintegrasi dalam satu lokasi.

 

Selain itu, dia turut menyoroti besarnya potensi Indonesia dalam energi terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan gelombang laut, dengan total potensi mencapai 3.700 Gw.

“Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, khususnya di Jawa dan Sumatra, namun yang telah terpasang saat ini baru kurang dari 1%. Ini menunjukkan peluang besar yang masih bisa digarap,” kata Rosan.

 

Meski memiliki sumber daya yang melimpah, Rosan menegaskan Indonesia membutuhkan kolaborasi dalam hal pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, ia mengundang mitra internasional untuk berkolaborasi dalam mewujudkan target emisi nol.

“Dengan teknologi baru, kemauan politik yang kuat dari pemerintah, serta dukungan penuh rakyat Indonesia, kami yakin dapat mencapai target ini, bahkan mungkin lebih awal dari 2060, seperti yang dicanangkan Presiden Prabowo,” terangnya. 

 

Rosan juga menekankan setiap proyek yang diluncurkan di kawasan industri baru harus dirancang untuk mencapai emisi nol bersih sejak hari pertama.

“Kami terus mendorong perusahaan, baik lokal maupun asing, untuk menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas utama dalam setiap proyek yang mereka jalankan,” ungkap dia. 

Selain itu, berbagai langkah strategis yang diambil Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara tetangga dalam menarik investasi. Menurutnya, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM selalu konsisten dalam memberikan kemudahan bagi investor.

 

“Kami terus mereformasi kebijakan dan regulasi. Proses perizinan kini semakin sederhana dan terintegrasi di bawah Kementerian Investasi, termasuk pemberian insentif fiskal. Semuanya dapat kami proses langsung,” pungkas Rosan. (J-3)

Tinggalkan Balasan