Ekonomi & Bisnis Memperluas Penetrasi Pasar, Platform Digital Jadi Sarana Jitu Pemasaran

Memperluas Penetrasi Pasar, Platform Digital Jadi Sarana Jitu Pemasaran

101
0
Memperluas Penetrasi Pasar, Platform Digital Jadi Sarana Jitu Pemasaran
Penerima penghargaan Indonesia Brand Champion 2025 dan Indonesia Corporate Brand Champions 2025 dari Infobrand.id dalam acara Infobrand Summit 2025 di Jakarta, Kamis (16/1).(MI/Ilham Ramadhan Avisena)

PERKEMBANGAN dan pemanfaatan teknologi digital yang masif saat ini merupakan momentum yang tepat bagi pelaku usaha di berbagai skala untuk mendorong kemajuan bisnisnya. Digitalisasi disebut mampu membantu pebisnis untuk melakukan penetrasi pasar yang lebih luas.

“Dengan pertumbuhan ekonomi digital yang masif, perusahaan dan brand punya akses lebih luas menjangkau konsumen, memungkinkan brand lebih memahami kebutuhan konsumen,” ujar CEO Media Infobrand Group Susilowati Ningsih dalam Infobrand Summit 2025, Jakarta, Kamis (16/1).

Upaya promosi dan pengenalan produk melalui teknologi digital, dengan segala platform yang tersedia, juga memungkinkan peningkatan kesadaran merek (brand awareness) masyarakat. Karenanya, merupakan keniscayaan bagi pebisnis untuk bisa memanfaatkan teknologi digital dengan baik.

Deputi 4 Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Sugiyanto Wibawa mengamini hal itu. Penting bagi pengusaha, terutama peritel, untuk bisa memahami perkembangan zaman dan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan begitu, produk yang ditawarkan dapat selaras dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat.

Hal itu, menurutnya, akan jauh lebih baik jika saluran pemasarannya dilakukan dengan memanfaatkan beragam platform yang ada, termasuk media sosial.

“Komunikasi media sosial itu penting bagi kita peritel. Apakah itu melalui TikTok, Instagram, itu sudah wajib, yang tidak ada akan ketinggalan. Kecuali ada sesuatu yang spesial dari mereka,” kata dia.

Para peritel, lanjut Sugiyanto, juga harus mengupayakan penerapan strategi bisnis yang mengintegrasikan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pengalaman pelanggan yang terpadu, alias omnichannel. Itu menurutnya penting untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas dari konsumen.

Hal ketiga yang tak kalah penting ialah mengiikuti tren yang sedang terjadi di masyarakat. Itu menjadi krusial lantaran perilaku konsumen beberapa waktu terakhir telah menunjukkan perubahan secara cepat. “Jadi memang kita harus mulai berubah,” tuturnya.

Pemanfaatan media sosial sebagai sarana pemasaran produksi juga sedianya terus bertumbuh. Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Janoe Arijanto menuturkan, pada 2024, biaya yang dihabiskan perusahaan untuk pemasaran di media sosial telah mencapai 51% dari total belanja pemasaran. Itu sekaligus menjadi yang pertama dan menggeser peran media konvensional seperti televisi.

“Wajar kalau kemudian harus menangkap konsumen yang pendekatannya hybrid. Yang terjadi adalah tidak lagi bisa menggunakan pendekatan yang single approach. Custmozation diperlukan. Dibaliknya ada data, ini yang memperjelas penyebaran chanel penjualan untuk dioptimasi,” ungkapnya.

Dari total pengeluaran pemasaran di media sosial oleh perusahaan pada 2024, lanjut Janoe, sekitar 70% dihabiskan di platform yang dimiliki Google, Meta, dan TikTok. Kondisi itu juga sekaligus berpotensi mendorong perkembangan social commerce di Indonesia.

“Ketika semua terhubung, medsos ke e-commerce, maka kepentingan memperhatikan semua channel yang bisa transaksi menjadi penting. Perkembangan akun yang dipersenjatai oleh transaksi akan menjadi pilihan di tahun ini,” ujarnya.

Sedangkan Sekretaris Umum Tangan Di Atas (TDA) Ferdian Brillian mengungkapkan, tren pemasaran digital juga berkontribusi pada pertumbuhan bisnis pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), utamanya para anggota TDA. Itu juga mendorong para pelaku UMKM yang mulanya hanya berdagang secara daring (online) merambah untuk membuka toko fisik.

“Tahun 2025 itu akan lebih positif dari aspek yang sifatnya jasa. Dan online itu akan punya toko retail di pasar untuk diferensiasi. Maka bisa jadi tren di mereka yang sudah biasa di online akan punya toko-toko fisik juga,” ungkapnya. (Mir/E-2)

Tinggalkan Balasan