Ragam Yogyakarta Ganti Baliho dengan Promosi Wisata

Yogyakarta Ganti Baliho dengan Promosi Wisata

7
0



Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta sedang melakukan penertiban terhadap sampah visual seperti baliho yang berisi foto pejabat, termasuk para pejabat Pemkot sendiri. Sampah visual ini dinilai tidak memiliki manfaat dan hanya mengganggu estetika kota. Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyatakan bahwa saatnya komunikasi visual melalui media seperti baliho diisi dengan konten informasi yang lebih bermanfaat dan mampu mempromosikan Yogyakarta sebagai Kota Wisata.

“Materi komunikasi dari pemerintah harus kembali pada pesan, bukan figur. Jadi perlu diganti dengan konten yang bermanfaat dan edukatif,” ujar Hasto saat memimpin pembersihan baliho di sejumlah titik Yogyakarta, Minggu 23 November 2025.

Hasto menegaskan bahwa sebagai Kota Wisata, Yogyakarta memiliki banyak destinasi dan agenda acara yang perlu diketahui oleh masyarakat maupun wisatawan yang datang. Misalnya, calendar of event Kota Yogyakarta 2026 atau potensi wisata kawasan Kotagede dan lainnya. Ia meminta semua baliho bergambar dirinya dan wakil wali kota diturunkan dan diganti dengan konten informatif dan edukatif, seperti pesan penurunan stunting atau layanan publik lainnya.

Saat ini, di Kota Yogyakarta, Hasto mendapati setidaknya ada tujuh baliho di titik strategis bergambar foto dirinya yang bisa diganti konten bermanfaat untuk masyarakat juga wisatawan. “Foto saya dibersihkan saja, yang penting pesannya. Kalau hanya menjadi sampah visual untuk apa? Lebih baik diganti dengan pesan yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata dia.

Menurutnya, pemasangan foto pejabat hanya wajar pada konteks tertentu, seperti saat momen Idulfitri. Namun, itu pun menurutnya bukan untuk memenuhi ruang kota secara berlebihan. Hasto justru meminta kalangan pelaku ekonomi kreatif menyusun ide-ide baru untuk memanfaatkan ruang komunikasi publik yang banyak tersebar di Kota Yogyakarta agar tak menjadi sampah visual.

Konten dalam media seperti baliho, kata dia, bisa diisi lebih kreatif yang tak menampilkan figur pejabat. Ia menekankan bahwa promosi wisata Yogyakarta lebih mendesak dibanding branding figur mengingat Yogyakarta sedang dalam tren stagnasi kunjungan. Baik wisatawan mancanegara maupun domestik.

Ia pun berharap momen libur Natal dan Tahun Baru nanti kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta lebih terkerek. “Pada 2025, dari awal sampai pertengahan tahun, tren kunjungan wisatawan lesu, bahkan rata-rata okupansi hotel bintang menurun, tak sampai 60 persen,” ujarnya.

Jumlah kunjungan wisatawan asing hingga Oktober 2025 masih di angka 300 ribu orang, menurun dibanding periode sama tahun lalu yang bisa mendulang 350 ribu orang. Sedangkan untuk wisatawan domestik pada awal tahun hingga periode libur Nataru biasanya mencapai 10 juta kunjungan. Namun, pada 2025 ini kunjungan wisatawan domestik baru di angka 8 juta.

Adapun Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Yogyakarta M. Arief Budiman menuturkan fokus komunikasi di ruang publik harus pada karya dan hasil, bukan figur. Ia juga menyoroti pentingnya calendar of event yang terencana untuk mendorong perputaran ekonomi.

Calendar of event itu memberikan pesan kepada wisatawan dan investor bahwa tahun depan sudah tertata. Problem event tanpa kalender adalah promosi yang tidak efektif, penonton sedikit, padahal biayanya besar,” ujarnya.

Menurutnya, event besar seperti ArtJog ataupun JAFF yang memiliki agenda tetap terbukti menarik wisatawan mancanegara dan berdampak signifikan pada ekonomi Yogyakarta. “Penyusunan dan promosi lewat kalender event juga dapat mengisi bulan-bulan non-peak agar okupansi hotel dan perputaran ekonomi lebih stabil sepanjang tahun,” kata dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini