Ekonomi & Bisnis Kisah Proyek MRT Jakarta: Temuan Granat dan Saluran Air Kuno Belanda

Kisah Proyek MRT Jakarta: Temuan Granat dan Saluran Air Kuno Belanda

112
0

Temuan Sejarah dan Tantangan dalam Pembangunan MRT Jakarta

Proses pembangunan MRT Jakarta tidak hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur modern, tetapi juga menghadapi berbagai temuan sejarah yang menarik perhatian publik. Jakarta, sebagai kota yang kaya akan sejarah, sering kali menyimpan peninggalan masa lalu di bawah permukaannya. Dalam beberapa tahun terakhir, proyek MRT Jakarta telah menemukan berbagai objek purbakala yang memberikan wawasan baru tentang masa lalu kota ini.

Temuan Rel Kereta Trem Zaman Belanda

Pada pertengahan 2021, area proyek MRT Jakarta Fase 2A, khususnya di kawasan Glodok, ditemukan rel kereta trem kuno yang berasal dari masa kolonial Belanda. Temuan ini menjadi bukti bahwa Jakarta memiliki sejarah transportasi yang cukup panjang. Selain itu, pada akhir 2021, artefak keramik yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-20 juga ditemukan di bawah Jalan MH Thamrin dan Medan Merdeka Barat.

Saluran Air Kuno yang Tersembunyi

Di area Stasiun MRT Kota, kontraktor juga menemukan saluran air kuno yang terbuat dari bata merah (terakota). Saluran ini diperkirakan dibangun pada masa kolonial Belanda. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Weni Maulina, menjelaskan bahwa pihaknya memanggil arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuannya adalah agar proses pembangunan rel bawah tanah tidak merusak struktur sejarah tersebut. Arkeolog UI melakukan penggalian dengan cara arkeologi sebelum dilakukan penggalian masif.

Weni menambahkan bahwa temuan saluran air kuno ini merupakan penemuan sejarah baru yang belum pernah diteliti sebelumnya. Bahkan para arkeolog UI sendiri tidak mengetahui adanya struktur ini di bawah tanah. Temuan ini membuka peluang baru bagi para arkeolog untuk mengeksplorasi sejarah Jakarta lebih dalam.

Penemuan Granat di Fase 1 Pembangunan

Selain penemuan benda-benda purbakala, MRT Jakarta juga pernah menemukan granat selama pembangunan fase 1, yaitu rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Temuan ini memaksa pihak proyek untuk lebih waspada dalam proses pembangunan jalur kereta. Weni menjelaskan bahwa bekerja di bawah tanah sering kali menghadapi kondisi tak terduga, termasuk risiko keamanan seperti temuan senjata.

Tantangan Struktur Tanah yang Rentan

Tidak hanya benda-benda purbakala, pihak MRT Jakarta juga menghadapi tantangan dalam bentuk struktur tanah yang rentan. Salah satu contohnya adalah lapisan pasir yang ditemukan di area Thamrin, Jakarta Pusat. Lapisan pasir ini menyebabkan kemiringan gedung-gedung di wilayah tersebut. Weni menjelaskan bahwa lapisan pasir ini sangat tidak stabil dan dapat mengganggu kestabilan struktur bangunan.

Untuk mengatasi hal ini, pihak MRT Jakarta melakukan perbaikan tanah (soil improvement) sebelum membangun dinding penahan tanah di stasiun. Proses ini melibatkan injeksi material tertentu untuk membuat tanah lebih kuat dan stabil.

Progres Pembangunan MRT Jakarta

Hingga 25 Juni 2025, pembangunan MRT Jakarta Fase 2A (Bundaran HI-Kota) dengan panjang rel 5,8 km sudah mencapai 49,99 persen. Untuk pembangunan segmen 1 (Bundaran HI-Monas), progresnya mencapai 73,46 persen, melebihi target sebesar 73,13 persen. Sementara itu, pembangunan MRT Jakarta Fase 2A segmen 2 (Harmoni-Kota) sudah mencapai 40,11 persen, melampaui target 38,18 persen.

Persiapan Tender Kontraktor Proyek MRT Cikarang-Balaraja

Dalam perkembangan terbaru, tender kontraktor proyek MRT Cikarang-Balaraja akan dibuka pada akhir 2025. Proyek ini diharapkan mampu meningkatkan konektivitas antar wilayah dan mendukung pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini