
IndonesiaDiscover –

Sebagai bentuk implementasi nyata dari komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), Krakatau Posco menjalankan program konservasi mangrove di Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama strategis antara perusahaan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten, serta komunitas lingkungan Segara Biru.
Sebanyak 4.000 bibit mangrove ditanam dan ditargetkan dapat menyerap sekitar 1.200 ton emisi karbon dalam jangka panjang, dengan estimasi satu pohon mangrove menyerap hingga 0,3 ton CO₂. Selain berfungsi sebagai penyerap karbon alami, mangrove juga berperan penting dalam mencegah abrasi pantai, khususnya di wilayah permukiman nelayan. Tanaman mangrove berfungsi sebagai buffer zone yang efektif dalam meredam kekuatan ombak, menjaga kestabilan garis pantai, serta menjadi habitat alternatif bagi berbagai jenis biota laut dan burung.
Seluruh kegiatan akan berlangsung selama satu tahun penuh, dari Desember 2024 hingga Desember 2025, mencakup proses penanaman, pemantauan, dan perawatan secara berkala.
Direktur Teknologi & Pengembangan Bisnis Krakatau Posco Alhadis Syamsuddin mengungkapkan inisiatif itu bukan hanya memenuhi kewajiban perusahaan terhadap regulasi lingkungan, tetapi juga merupakan bagian dari identitas korporat sebagai warga korporasi yang bertanggung jawab.
“Kami percaya bahwa pertumbuhan industri baja harus berjalan seiring dengan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Konservasi mangrove ini adalah bukti nyata bahwa bisnis dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.
Apresiasi dan dukungan pun datang dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah. Kepala Cabang Dinas DLHK Wilayah Pandeglang Serang Cilegon, Riyanto, menyampaikan pentingnya kegiatan ini bagi keberlangsungan ekosistem. Penanaman 4.000 mangrove oleh Krakatau Posco ini dinilai bukan sekadar kegiatan simbolik, tetapi wujud nyata menjaga keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem pesisir.
“Mangrove adalah titipan alam dari generasi kita kepada anak cucu, agar kelak mereka masih bisa melihat dan merasakan manfaatnya di masa depan,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Kabid Perencanaan DLH Kota Cilegon, Asep Faturrohman. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut tetap tepat sasaran meskipun dilakukan di luar wilayah administratif Kota Cilegon.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif Krakatau Posco yang mengikuti arahan DLHK Provinsi Banten dalam memilih lokasi strategis untuk penanaman mangrove. Meski tidak dilakukan di wilayah Kota Cilegon, hal ini tetap tepat sasaran karena yang terpenting adalah memastikan pertumbuhan mangrove maksimal demi dampak lingkungan yang berkelanjutan,” ungkap Asep. (E-3)