
Membesarkan anak di dunia yang serba cepat dan penuh prestasi saat ini bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak orang tua berfokus pada nilai dan ekstrakurikuler, kecerdasan emosional adalah salah satu keterampilan yang paling diabaikan.
Hal ini tidak hanya membantu anak-anak mencapai prestasi sosial; hal ini membantu mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang tangguh, berempati, dan sukses yang dapat dengan percaya diri menghadapi tantangan, membina hubungan yang bermakna, dan menjalani kehidupan yang memuaskan.
Jadi apa yang dilakukan orang tua yang membesarkan anak dengan kecerdasan emosional secara berbeda? Setelah bertahun-tahun mempelajari lebih dari 200 hubungan orang tua-anak—dan mempraktikkan kebiasaan sehat dengan anak saya sendiri—saya menemukan tujuh strategi ampuh yang diterapkan sejak dini oleh para orang tua.
1. Mereka memahami kekuatan keheningan
Mereka memberi anak mereka ruang untuk memproses perasaannya dan memercayai suara hati mereka. Ketika anak mereka sedang kesal, mereka duduk diam di sampingnya dan memberikan kenyamanan tanpa kata-kata. Merangkul keheningan dapat membantu anak-anak menavigasi dan merefleksikan emosi mereka dengan lebih baik.
JANGAN LEWATKAN: Cara memanfaatkan AI agar lebih produktif dan sukses dalam bekerja
2. Mereka menyebutkan emosi sejak dini dan sering (kebanyakan emosi mereka sendiri)
Dengan mengungkapkan perasaan secara verbal—seperti “Saya frustrasi” atau “Saya senang”—mereka mengajari anak-anak mereka kesadaran emosional dan memberi mereka kata-kata untuk mengekspresikan diri. Hal ini membantu anak-anak mereka melihat emosi sebagai hal yang normal dan membagikannya secara terbuka daripada menekannya.
3. Mereka meminta maaf kepada anaknya
Mereka menunjukkan kepada anak mereka bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan dan mengambil tanggung jawab adalah sebuah kekuatan. Meminta maaf membangun kepercayaan dan menunjukkan rasa hormat, membuat anak merasa dihargai. Hal ini juga memberikan contoh empati dan mengajari mereka cara memperbaiki hubungan.
4. Mereka tidak memaksakan ‘tolong’, ‘terima kasih’, atau ‘maaf’
Ini mungkin terdengar tidak lazim, tetapi mereka tahu bahwa kebaikan dan rasa hormat tidak bisa dipaksakan. Sebaliknya, mereka mencontohkan perilaku ini dan memercayai anak mereka untuk belajar melalui teladan. Jika anak mereka lupa mengucapkan terima kasih, orang tuanya memberi tahu mereka, yakin bahwa pelajarannya akan bertahan lama.
Dibutuhkan banyak keberanian! Namun sebagai pelatih orang tua, saya tidak pernah menyuruh anak saya yang berusia 6 tahun untuk mengucapkan tolong atau terima kasih. Sekarang dia mengatakannya sendiri sepanjang waktu – karena dia mendengar saya mengatakannya.
5. Mereka tidak mengabaikan kekhawatiran kecil
Mereka menanggapi kekhawatiran anak mereka dengan serius, baik itu mainan yang hilang atau masalah dengan teman. Dengan memvalidasi perasaannya, mereka menunjukkan kepada anaknya bahwa emosi itu penting. Hal ini meningkatkan harga diri, keamanan emosional, dan rasa hormat terhadap pengalaman mereka.
6. Mereka tidak selalu menawarkan solusi
Cara terbaik untuk mengajarkan pengambilan keputusan adalah dengan mendorong anak untuk membuat keputusan sendiri. Alih-alih menyelesaikan masalah, mereka malah bertanya, “Menurut Anda, apa yang sebaiknya kita lakukan?” Ini membantu meningkatkan pemikiran kritis, kepercayaan diri dan kemandirian.
7. Mereka menerima kebosanan
Mereka membiarkan anak mereka bosan, sehingga membantu mereka merasa nyaman dengan keheningan. Itu membangun kreativitas, pengaturan diri dan keterampilan pemecahan masalah. Anak mereka telah belajar menikmati kebersamaan dengan dirinya sendiri dan menemukan kegembiraan dalam momen-momen sederhana, seperti menatap ke luar jendela mobil alih-alih membutuhkan layar.
Bagaimana memupuk kecerdasan emosional anak Anda
- Contohkan perilaku yang ingin Anda lihat: Ekspresikan emosi Anda secara terbuka, minta maaf jika Anda melakukan kesalahan, dan tunjukkan kebaikan dan empati dalam interaksi Anda.
- Validasi perasaan anak Anda, betapapun kecilnya perasaan itu, dan beri mereka ruang untuk memproses emosi tersebut tanpa terburu-buru memperbaiki atau mengabaikannya.
- Dorong pemecahan masalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka alih-alih memberikan semua jawaban.
- Biarkan mereka mengalami saat-saat hening atau bosan untuk membangun kreativitas dan pengaturan diri.
Yang terpenting, fokuslah untuk membangun hubungan yang berakar pada rasa hormat dan kepercayaan—karena kecerdasan emosional dimulai dengan perasaan aman, dihargai, dan dipahami.
Reem Raouda adalah pelatih pengasuhan sadar bersertifikat, ibu dan pencipta MELOMPAT — jurnal hubungan orang tua-anak pertama dan satu-satunya yang dirancang untuk memupuk kecerdasan emosional dan harga diri anak-anak. Dia mengubah ratusan keluarga melalui dia kursus, pembinaan dan alat. Ikuti dia lebih jauh Instagram.
Ingin meningkatkan keterampilan AI Anda dan menjadi lebih produktif? Ikuti kursus online baru CNBC Cara menggunakan AI agar lebih sukses di tempat kerja. Instruktur ahli akan mengajari Anda cara memulai, penggunaan praktis, tip menulis cepat yang efektif, dan kesalahan yang harus dihindari. Pradaftar sekarang dan gunakan kode kupon EARLYBIRD untuk mendapatkan diskon perkenalan sebesar 30% hingga 11 Februari 2025.
