IndonesiaDiscover –
SURVEI Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukkan indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia sudah di angka 75,02%. Walau angka inklusi keuangan itu sudah cukup tinggi, penggunaan rekening bank yang dimiliki masyarakat low income masih sangat rendah.
“Jadi selain aksesnya, selain kepemilikan rekening bank, yang perlu ditingkatkan juga adalah penggunaan atau pemanfaatan dari rekening bank itu untuk apa. Selama ini rekening hanya untuk menerima bantuan sosial. Pemanfaatannya masih sangat terbatas,” ucap Country Director MicroSave Consulting (MSC) Indonesia, Grace Retnowati, di Jakarta, Selasa (26/11).
Dalam kajian MSC, masyarakat berpendapatan rendah belum memaksimalkan keberadaan rekening tabungan.
“Mereka belum menggali pemanfaatan atau penggunaan yang lain, misalnya untuk mendapatkan kredit, tabungan, dan sebagainya, itu yang perlu ditingkatkan,” bebernya.
MSC juga menilai kualitas layanan keuangan di Indonesia merupakan salah satu hal yang perlu ditingkatkan. Grace menilai, saat ini masih banyak lembaga keuangan yang berfokus pada pinjaman konsumtif, bukan untuk sesuatu yang bersifat produktif. Begitu pula dengan program-program kredit mikro yang ditawarkan, masih mengarah untuk pembiayaan kebutuhan konsumtif.
Karena itu, sambungnya, MSC membantu lembaga keuangan di Indonesia, terutama bank, terkait dengan akses layanan di daerah remote atau area tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) melalui jaringan agen.
“Memang sejauh ini bank-bank yang memiliki jaringan agen itu masih terbatas, hanya beberapa bank tertentu. Itu pun mungkin lebih banyak berfokus di daerah perkotaan atau semipedesaan, tetapi tidak betul-betul menjangkau sampai di daerah yang pedesaan atau di remote area,” ujarnya. (E-2)