Sederet truk diparkir di luar terminal pelayaran di Yokohama, Jepang pada Senin, 4 Desember 2023.
Bloomberg | Bloomberg | Gambar Getty
Ekspor Jepang naik 3,1% pada bulan Oktober dibandingkan tahun lalu, membalikkan penurunan pada bulan September yang menandai level terendah dalam 43 bulan.
Kenaikan tersebut mengalahkan ekspektasi kenaikan sebesar 2,2% dari para ekonom yang disurvei oleh Reuters, dan merupakan kebalikan dari penurunan sebesar 1,7% pada bulan September.
Data pemerintah menunjukkan ekspor Jepang meningkat paling besar ke kawasan Timur Tengah, naik 35,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Impor ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia berdasarkan PDB naik 0,4%, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 0,3% dalam jajak pendapat Reuters.
Dengan demikian, defisit perdagangan Jepang melebar menjadi 461,2 miliar yen ($2,98 miliar), lebih besar dari ekspektasi jajak pendapat Reuters sebesar 360,4 miliar dan dibandingkan dengan angka revisi bulan September sebesar 294,1 miliar yen.
Dalam catatan tanggal 19 November, Daniel Hurley, yang merupakan spesialis portofolio ekuitas global di T. Rowe Price, mengatakan area utama yang harus dipantau untuk saham Jepang adalah rencana tarif dan hubungan perdagangan dengan mitra Presiden terpilih AS Donald Trump.
Tarif jelas merupakan risiko terbesar bagi perekonomian terbuka dan ekspor seperti Jepang, katanya, sambil juga menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan AS, dan Trump pada khususnya.
Dia menambahkan: “Setiap peningkatan ketegangan antara AS dan Tiongkok mengenai tarif dan perdagangan kemungkinan akan membebani perdagangan global dan pertumbuhan global. Jepang, sebagai negara dengan perekonomian yang terbuka dan bersiklus, akan terpengaruh oleh kemunduran dalam perdagangan global dan perekonomian global. .”