Nasional Deflasi Bentuk Tren Baru, Desain Efisien dan One Stop Living Jadi Pilihan

Deflasi Bentuk Tren Baru, Desain Efisien dan One Stop Living Jadi Pilihan

14
0

IndonesiaDiscover –

Deflasi Bentuk Tren Baru, Desain Efisien dan One Stop Living Jadi Pilihan
Pembangunan kawasan Summarecon Crown Gading di Bekasi(MI)

DI tengah inflasi yang sempat menjadi kekhawatiran, deflasi mulai menghantam pasar dalam dua bulan terakhir.

Fenomena ini memunculkan ketidakpastian di pasar properti, terutama di kalangan investor.

Pakar properti dari Leads Property Services Hendra Hartono menyampaikan, para developer dihadapkan dengan tantangan besar. Sepanjang 023 dan 2024, banyak yang bertahan dengan model pembangunan rumah yang lebih efisien dan compact, mengikuti tren permintaan pasar yang lebih cenderung memilih hunian dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap fungsional.

Salah satu solusi yang berkembang adalah pembangunan unit-unit dengan desain one stop living, yang memfasilitasi semua kebutuhan penghuni dalam satu kawasan yang lengkap dengan berbagai fasilitas seperti pusat olahraga, ruang komersial, dan akses transportasi yang baik.

“Pasar properti saat ini mengalami pergeseran, masyarakat cenderung mencari tempat tinggal yang tidak hanya strategis, tetapi juga memiliki kualitas dan fasilitas yang memadai. Tren ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih hunian yang sudah siap pakai dan memiliki konsep yang lengkap,” ungkap Hendra pada Media Indonesia, Kamis (14/11).

Menurut Hendra, investasi di sektor properti pun tidak lagi hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek. Banyak pengembang yang mulai berfokus pada penyediaan fasilitas tambahan untuk menarik minat konsumen.

“Program-program seperti pembangunan kawasan dengan fasilitas hijau, ruang terbuka, dan akses mudah ke transportasi umum menjadi daya tarik utama bagi konsumen yang menginginkan hunian yang nyaman dan ramah lingkungan,” jelas dia.

Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi. Pengembang harus lebih cerdas dalam menyesuaikan produk properti dengan kebutuhan pasar, termasuk dalam hal desain, harga, dan lokasi.

Beberapa pengembang mulai mengembangkan properti di kawasan yang lebih terpencil dengan harga yang lebih terjangkau, namun tetap dengan fasilitas yang memadai.

“Hal ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara pasar properti kelas menengah dan kelas atas, serta menjangkau lebih banyak konsumen,” lanjut dia.

Cara ini dilakukan oleh PT Agung Summarecon melalui pengembangan kawasan Summarecon Crown Gading.

Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Magdalena Juliati menuturkan, menghadapi tantangan pasar properti yang dipengaruhi oleh deflasi dan ketidakpastian ekonomi. Meskipun sektor properti menghadapi tantangan, seperti peningkatan harga material akibat pengaruh dolar dan penurunan daya beli masyarakat, pengembang ini tetap optimis bahwa pasar akan kembali pulih dengan strategi yang tepat.

“Sektor perumahan di Indonesia tetap menjadi salah satu pendorong utama ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan perhatian alokasi anggaran pemerintah yang lebih fokus pada sektor properti,” jelas Magda.

Menurut dia, pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP), berusaha untuk mendorong sektor properti tetap berjalan meskipun kondisi pasar sedang menantang. Meskipun demikian, pengembang perlu menghadapi kenyataan bahwa sektor ini tidak hanya terkait dengan jumlah unit yang terjual, tetapi juga bagaimana menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan jangka panjang bagi penghuni.

“Pengembangan properti tidak hanya berfokus pada penjualan unit, tetapi juga menciptakan sebuah township yang hidup,” tambah dia.

Ia menjelaskan pada akhir tahun 2024, Summarecon akan meluncurkan cluster baru di SCG, dengan harga mulai dari Rp1,9 miliar hingga Rp3,1 miliar per unit.

Pengembang ini berharap dengan peluncuran cluster baru ini, mereka dapat terus melanjutkan ekspansi. Meskipun, pengaruh deflasi yang membuat sebagian konsumen memilih untuk menunggu kebijakan pemerintah terkait dengan insentif properti.

Head of Marketing SCG Lius Hartarto mengincar penjualan senilai Rp100 miliar dari peluncuran Tahap I Vanica Residence dengan jumlah terbatas hanya 38 unit dari total 300 unit dalam lima tahap. “

Kami pasarkan dulu Tahap I pada 7 Desember 2024 nanti. Saat ini yang sudah dilakukan adalah pengenalan produk kepada para agen,” ucap Lius.

Vanica Residence dirancang dengan mengusung konsep dan langgam arsitektural modern tropis yang mengakomodasi gaya hidup baru menjalankan beragam aktivitas di dalam rumah. Ciri khas menonjol adalah atap asimetris, skema warna natural pada keseluruhan bangunan, dihiasi dengan bidang vertikal unsur kayu. (Z-10)

Tinggalkan Balasan