Ekonomi & Bisnis Banyak Target SDGs yang Mandek, Ini Contohnya

Banyak Target SDGs yang Mandek, Ini Contohnya

32
0
Banyak Target SDGs yang Mandek, Ini Contohnya
Pencari kerja antre masuk Jakarta Job Fair di Pluit Village, Penjaringan, Jakarta Utara.(MI/Ramdani)

Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali menyampaikan sejumlah target Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah tercapai dan masih harus dikejar.

Capaian SDGs di Indonesia hingga saat ini sebesar 62,5% dari total 222 indikator yang telah berjalan di jalur yang tepat. Masih tersisa 29,5% indikator yang ke luar jalur karena stagnan, bahkan memburuk.

“Ada beberapa target yang sudah progresnya sangat baik, tapi ada beberapa target yang ketinggalan sangat jauh, dan variasi antara kota, kabupaten, dan provinsi juga sangat-sangat tinggi,” ujar Pungkas dalam acara SDGs Annual Conference 2024 di Jakarta, Senin (7/10).

Baca juga : Ini Dampak Covid-19 Terhadap Target SDGs

Beberapa target yang telah tercapai cukup baik berkaitan dengan penurunan rasio gini, indeks kualitas udara membaik, serta berkurangnya jumlah perempuan yang menikah muda.

Adapun indikator-indikator yang masih tertinggal antara lain mengenai akses terhadap sanitasi aman belum memadai karena masih banyak rumah tangga buang air besar sembarangan.

Kedua, ialah banyak penduduk dewasa tak mendapatkan pendidikan formal, sehingga perlu diberikan akses ke perguruan tinggi terutama bagi kelompok perempuan dan rentan, pendidikan vokasi untuk mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja, hingga inovasi pembelajaran jarak jauh dan teknologi dalam rangka menutupi kesenjangan pendidikan antara kota dengan desa.

Baca juga : Bappenas Luncurkan Platform SDGs Invesment

Ketiga, yaitu tingkat pengangguran tinggi dan mayoritas dari kalangan pemuda kelas menengah di perkotaan kendati telah dibuka 5,26 juta lapangan kerja baru dalam beberapa tahun terakhir.

“Di kota itu jauh lebih tinggi, dua kali lipat dibanding dengan di desa, yang mungkin terkait dengan jenis pekerjaannya. Hal-hal yangperlu dilakukan adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja, khususnya untuk mikro informal yang jumlahnya semakin besar. Kemudian, meningkatkan produktivitas dari lapangan kerja yang ada. Berikutnya adalah pentingnya program pelatihan vokasi dan kebijakan tenaga kerja yang mendukung kewirausahaan muda, sebagai contoh antara lain adalah akses terhadap layanan finansial, karena baru 63% UMKM (usaha mikro kecil menengah) yang punya akses terhadap layanan finansial,” tutur Bahjuri.

Terkait dengan industri, inovasi, dan infrastruktur, juga masih terdapat tantangan cukup besar walaupun sudah menunjukkan kemajuan cukup

baik. Beberapa di antaranya adalah proporsi tenaga kerja pada sektor industri manufaktur belum ideal atau hanya sebesar 20,39%.

Karena itu, perlu dilakukan inovasi lebih lanjut dengan teknologi bersih dan teknologi hijau untuk meningkatkan daya saing global yang di

antaranya melalui peningkatan produktivitas dan investasi di bidang teknologi, serta pelatihan keterampilan transformasi industri.

“Ke depan seperti apa? Kami sudah membuat namanya Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023-2030, ini dapat diakses melalui

website. Peta jalan ini menceritakan tentang proyeksi ke depan seharusnya seperti apa, jika kita seperti ini saja ekspornya, atau kalau

kita optimis seperti apa,” imbuhnya. (Ant/Z-11)

Tinggalkan Balasan