Ekonomi & Bisnis Rantai Pasok Global Semakin Kompleks dan Rentan

Rantai Pasok Global Semakin Kompleks dan Rentan

47
0
Rantai Pasok Global Semakin Kompleks dan Rentan
Sebuah kapal kargo bersiap berlabuh untuk melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.(Antara)

RANTAI pasok barang jadi simpul yang memperlancar arus ekonomi dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, simpul itu menjadi semakin kompleks dan rentan.

“Selain rute utama perdagangan dunia terhambat oleh konflik, politik, atau kapal kontainer yang kandas, kerentanan sistem, sebagian besar, terjadi karena perubahan iklim dan rantai pasok tidak berkelanjutan,” ujar Patricia Calderon, Global Head of Water of CDP, dalam keterangannya, Rabu (25/9).

CDP ialah lembaga nirlaba global di London, Inggris, yang mendorong transparansi lingkungan hidup bagi kalangan perusahaan, kota, serta pemerintah daerah.

Baca juga : Prakiraan Cuaca 16 September 2024: Hujan Melanda 16 Kota, BMKG Imbau Waspadai Gelombang Tinggi

Patricia menyampaikan dalam riset terbaru CDP mengenai ketahanan air terungkap sebanyak 1.542 dari 3.163 perusahaan besar di dunia dengan pendapatan tahunan di atas EUR/US$250 juta, atau sekitar 50% sudah mempersiapkan rantai pasok barang menghadapi risiko air.

Beberapa upaya yang ditempuh antara lain mencantumkan klausul standar air dalam kontrak kerja sama dengan pihak pemasok, mengumpulkan data air, meningkatkan kesadaran publik dan berkolaborasi mewujudkan inovasi.

Analisis lanjutan juga menyajikan perspektif mengenai cara perusahaan-perusahaan terbesar di dunia dalam menangani permasalahan air. Satu di antara lima perusahaan berhadapan dengan risiko rantai pasok yang berpotensi menimbulkan kerugian besar dari sisi finansial atau strategis terhadap bisnis.

Baca juga : Pertamina International Shipping terus Perkuat Logistik Energi Nasional

“Sehingga, perusahaan-perusahaan besar ini juga dituntut agar bekerja sama dengan pihak pemasok untuk menjawab tantangan risiko air. Kerja sama yang lebih erat adalah kunci utama,” urainya.

Patricia mengutarakan laporan riset itu menjadi dasar untuk berbagai perusahaan agar segera menangani permasalahan air dalam rantai pasok barang. Menurutnya, ada enam langkah penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk menangani permasalahan air dalam rantai pasok barang.

Pertama, melakukan asesmen mengenai risiko dan dampak rantai pasok. Kedua, menentukan target global, dan ketiga, memberikan insentif bagi eksekutif perusahaan agar mengambil tindakan.

Baca juga : Tidur Lama di Akhir Pekan Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung hingga 20 Persen

Selanjutnya, mencantumkan klausul pengelolaan air sebagai persyaratan pihak pemasok, kelima, bekerja sama dengan pihak pemasok barang, serta terakhir, memberikan insentif dan dukungan untuk pihak pemasok.

“Dengan begitu, daya tahan rantai pasok, upaya mengurangi risiko air, serta menjaga perputaran roda ekonomi masih bisa dilakukan. Namun, mempercepat upaya tersebut secara komprehensif menuntut lebih dari sekadar aksi sukarela. Standarnya harus ditingkatkan agar kita dapat mengejar ketertinggalan,” terangnya.

Ia menambahkan regulasi yang lebih ketat terkait keterbukaan informasi serta mekanisme pelaporan secara transparan juga harus tersedia untuk membuat kemajuan. “Langkah ini menuntut pendekatan kolektif antara kebijakan pemerintah, standar industri, serta partisipasi pemangku kepentingan,” pungkasnya. (Ant/N-2)

 

 

Tinggalkan Balasan