Nasional Kalau Temasek Bisa, Kenapa Kita Tidak

Kalau Temasek Bisa, Kenapa Kita Tidak

17
0

IndonesiaDiscover –

Kalau Temasek Bisa, Kenapa Kita Tidak?
(MI/Duta)

BEBERAPA waktu lalu Temasek merayakan ulang tahun ke-50 sebagai salah satu sovereign wealth fund andalan Singapura. Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong memberikan apresiasi atas transformasi yang dilakukan Temasek, sehingga menjadi perusahaan investasi equity terpandang di Asia dan juga dunia.

Dengan total aset mencapai US$288 miliar, Temasek masuk 10 besar SWF dunia. Dari institusi yang pada awalnya hanya mengurusi administrasi perusahaan milik Singapura seperti pabrik minuman chicken essence, kini berubah menjadi perusahaan yang aktif berinvestasi, baik melalui investasi langsung maupun portofolio di seluruh dunia.

Investasi Temasek merambah ke seluruh belahan dunia, mulai dari Asia, Amerika, Eropa, Timur Tengah, hingga Afrika. Tidak sedikit investasi Temasek di Indonesia, baik di bidang perbankan maupun perusahaan berbasis teknologi.

Baca juga : Kunjungi Singapura, Menkum dan HAM Berikan Bingkisan Lebaran kepada PMI

Temasek menjalankan banyak peran bagi Singapura. Pertama, sebagai perusahaan investasi yang mengelola dana pensiun milik para pekerja di Singapura agar nilainya bisa bertambah dan memberikan manfaat lebih kepada para pekerja saat mereka pensiun.

Melalui Central Provident Fund, setiap pekerja di Singapura harus menyetorkan 17% dari gaji mereka. Akumulasi dana simpanan meningkat lebih tinggi karena setiap pemberi kerja harus membayarkan tambahan 20% dari gaji pekerjanya ke CPF.

Dengan hampir 4,5 juta anggota yang terdaftar di CPF, sekarang ini dana yang dikelola mencapai US$425 miliar. Dana itu dipercayakan CPF untuk dikelola oleh tiga lembaga, yaitu Government of Singapore Investment Corporation, Temasek, dan Monetary Authority of Singapore. GIC dipercaya untuk mengelola investasi yang berjangka panjang, Temasek untuk investasi jangka menengah, dan MAS untuk investasi berjangka pendek.

Baca juga : ASEAN Butuh Bersatu untuk Jadi Motor Kebangkitan Dunia

Lembaga-lembaga itu berkembang dan mampu mengakumulasikan modal yang menjadi tabungan bangsa Singapura, khususnya untuk masa depan. Total aset yang dipegang oleh CPF, GIC, Temasek, dan MAS sekarang ini lebih dari US$2 triliun, dan itu merupakan tabungan nasional terbesar kedua setelah Tiongkok.

Salah satu kunci keberhasilan Singapura untuk membangun SWF berkelas dunia ialah penempatan orang-orang yang berintegritas, profesional, dan mau berkontribusi yang terbaik demi bangsa dan negaranya. “Saya menghormati kepatuhan Anda terhadap standar dan nilai yang patut ditiru; kemampuan Anda untuk berpikir jangka panjang, untuk terus bertumbuh dengan menerapkan disiplin yang tinggi baik dalam aspek komersial maupun strategis,” puji PM Lawrence Wong kepada pimpinan Temasek.

Sebagai negara kecil dan tidak memiliki sumber daya alam apa pun, Singapura sangat berkepentingan untuk membangun kepercayaan internasional. Tugas kedua yang dipikul oleh Temasek ialah menjadi institusi yang mampu menjaga kualitas, bisa dipercaya, dan berintegritas tinggi.

Baca juga : Dubes RI di Singapura Beberkan Alasan Seseorang Ditolak Keimigrasian Setempat

Selama 50 tahun keberadaannya, Temasek tidak pernah sekali pun dilanda kasus yang mencoreng nama baik mereka. Temasek bisa saja salah melakukan investasi dan merugi, tetapi itu sepenuhnya disebabkan kesalahan profesional, bukan karena tindakan yang sengaja merugikan perusahaan untuk kepentingan pribadi para direksinya.

 

Menjadi teladan

Baca juga : Ditolak Masuk Singapura, Abdul Somad Tidak Pernah Hubungi KBRI

Oleh karena kinerja yang luar biasa dari institusi seperti Temasek, mereka kemudian menjadi model bagi swasta untuk membangun perusahaan yang profesional. Ketika Temasek didirikan pada 1974, dunia usaha di Singapura belum berkembang secara baik. Tetapi sekarang, banyak perusahaan swasta Singapura yang berkelas dunia.

Ekosistem bisnis yang sehat di Singapura membuat spiral itu bergerak ke atas. Tingkat kepercayaan internasional kepada ‘Negeri Singa’ membawa manfaat besar bagi perekonomian Singapura. Hampir semua negara di dunia menjadikan Singapura sebagai pintu masuk untuk berinvestasi di kawasan ini.

Menteri Perdagangan Amerika Serikat Gina Raimondo secara eksplisit menyampaikan hal itu saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto di sela-sela Pertemuan Indo-Pacific Economic Forum. “Pengusaha Amerika selalu menanamkan modalnya melalui Singapura karena kepercayaan yang tinggi kepada sistem di negeri ini,” kata Menteri Gina.

Itulah tugas ketiga yang diembankan pemerintah Singapura kepada SWF termasuk Temasek. Integritas dan profesionalisme yang ditunjukkan para eksekutif Temasek membuat penghormatan pengusaha dunia kepada Singapura menjadi lebih tinggi.

PM Lawrence Wong mengingatkan para pengelola Temasek untuk mempertahankan tradisi yang baik ini. Di tengah situasi perekonomian global yang lebih menantang karena ketegangan antara AS dan Tiongkok serta meningkatnya proteksionisme, PM Singapura meminta agar Temasek tetap menjadi institusi yang dapat diandalkan dan dipercaya.

Keputusan pimpinan Temasek untuk membangun Temasek Trust dan Temasek Foundation diapresiasi karena akan memperkuat branding Temasek dan Singapura sebagai institusi yang peduli kepada masyarakat. Apalagi kegiatan itu tidak hanya dilakukan di Singapura, tetapi juga di banyak negara lain.

Bersama The Caravanserai Collective, misalnya, Temasek Foundation pekan lalu mendukung program pengembangan cerita di Bandung untuk memperkuat perdamaian dan pengertian di tengah masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Temasek Foundation juga mendukung penelitian mangrove di beberapa tempat di Indonesia untuk mengantisipasi perubahan iklim.

 

Ekonomi pasar sosial

Sebagai negara yang menetapkan dalam konstitusinya bahwa perekonomian yang akan dibangun, disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, Indonesia seharusnya tidak boleh kalah dari Singapura. Prinsip dasar yang dipilih oleh Bapak Bangsa Indonesia bukanlah ekonomi pasar, tetapi ekonomi pasar yang sosial.

Badan usaha milik negara yang dibentuk setelah kemerdekaan, sejak awal ditujukan sebagai agen pembangunan. Keuntungan yang harus didapatkan BUMN bukanlah tujuan akhir, tetapi harus dijadikan modal untuk semakin membesarkan kegiatan ekonomi yang melibatkan lebih banyak orang.

Pelibatan masyarakat dalam kegiatan BUMN bisa ditempuh dengan memberikan lapangan pekerjaan, tetapi bisa juga dengan menjadikan masyarakat sebagai partner usaha. Sebab, apabila kue ekonomi itu bisa dinikmati oleh banyak orang, maka akan bisa menggerakkan roda ekonomi untuk berputar lebih cepat lagi.

Sayang konsep ekonomi pasar sosial ini tidak sepenuhnya dipahami para pengelola BUMN. Akibatnya, kegiatan ekonomi lebih bersifat parsial dan hanya dilihat dari satu sisi saja yakni profitabilitas. Lebih ironis kalau profitabilitas sekadar dijadikan ukuran untuk mendapatkan tantiem lebih besar bagi para pengelolanya.

Seharusnya seperti SWF yang dikembangkan banyak negara, keuntungan itu bukan hanya untuk kepentingan perusahaan semata, tetapi harus memberikan manfaat kepada para pemegang saham maupun masyarakat. Dalam hal ini Singapura jauh lebih tepat dalam menjalankan ekonomi pasar yang bersifat sosial.

Belajar dari pengalaman Temasek, tentunya tidak salah apabila kita melakukan koreksi terhadap praktik penyelenggaraan BUMN yang kita miliki. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, sepanjang ada kemauan untuk melakukannya.

Dalam buku The Paradox of Indonesia and Its Solution, Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin mengembalikan ideologi ekonomi dari Bapak Bangsa Indonesia. “Saya percaya, kekayaan alam dan modal manusia yang kita miliki akan bisa mengangkat bangsa ini dari ketimpangan dan kemiskinan. Untuk itu, kita harus memahami dan memiliki kapasitas, bagaimana mengelola kekayaan yang melimpah ini. Kita harus menyelaraskan pendekatan pengelolaan sumber daya dengan ideologi ekonomi Bapak Bangsa kita. Inilah tantangan sejarah dari generasi kita,” tulis Prabowo.

Kita tentu berharap presiden terpilih akan menjalankan pemikirannya setelah pelantikan nanti. Dengan sumber daya alam yang melimpah serta jumlah penduduk hampir 280 juta orang, potensi Indonesia untuk lebih besar memiliki SWF dari Singapura sangatlah terbuka.

Kuncinya tinggal, seberapa jauh para pengelola BUMN mau pertama-tama berpikir kepentingan bangsa dan negara. Kepercayaan yang diberikan untuk mengelola BUMN harus ditujukan demi membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat.

Sungguh tidak masuk akal apabila aset yang dimiliki seluruh BUMN yang ada sekarang, hanya mencapai Rp11.000 triliun atau sekitar US$733 miliar. Sementara total aset yang dimiliki SWF Singapura, yang penduduknya hanya 4 juta jiwa dan tidak memiliki sumber daya alam apa pun, bisa mencapai US$2 triliun. Pasti ada yang salah dengan pengelolaan BUMN kita!

Tinggalkan Balasan