IndonesiaDiscover –
ISRAEL sedang mempersiapkan potensi invasi darat ke wilayah Libanon. Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui perang habis-habisan mungkin terjadi dan Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer mendesak warga Inggris untuk segera meninggalkan daerah tersebut.
“Serangan udara di Libanon meletakkan dasar bagi kemungkinan operasi untuk memukul mundur Hizbullah dan memulangkan dengan aman warga negara Israel yang kehilangan tempat tinggal,” kata jenderal militer Israel Letjen Herzi Halevi, Rabu (25/9).
Dia mengatakan kepada pasukan di perbatasan utara Israel bahwa militer sedang mempersiapkan proses manuver tersebut. “Persiapkan sepatu bot militer Anda, sepatu manuver Anda, akan memasuki wilayah musuh, memasuki desa-desa yang telah disiapkan Hizbullah sebagai pos militer besar,” sebutnya.
Baca juga : Prancis dan AS Minta Gencatan Senjata Hizbullah-Israel selama 21 Hari
Ketegangan semakin meningkat ketika Hizbullah melancarkan serangan terdalamnya ke Israel, yakni menargetkan Tel Aviv. Kemudian militer Israel melakukan serangan besar-besaran melintasi perbatasan dan Hizbullah membalas menembakkan puluhan proyektil ke Israel.
Kekerasan yang semakin intensif telah menyebabkan ratusan korban jiwa di Libanon, memaksa ratusan ribu warga Israel di utara berkumpul di tempat perlindungan serangan Udara, dan sedikitnya 90.000 warga Libanon mengungsi dari rumah mereka.
PM Starmer kembali menyerukan kepada warga negara Inggris untuk keluar selagi penerbangan komersial tersedia. “Saatnya untuk pergi sekarang,” katanya.
Baca juga : Israel Vs Hizbullah, AS Kirim Pasukan Tambahan ke Timur Tengah
Jika Israel mengebom satu-satunya bandara komersial Libanon di Beirut, seperti yang terjadi pada perang melawan Hizbullah 2006, ini akan memutuskan satu-satunya cara untuk melarikan diri. Warga Inggris di Libanon mengatakan kepada The Independent cara mereka mempertimbangkan rute keluar dari Suriah karena mereka tidak melihat ada cara lain untuk melarikan diri.
Rita El Kassis, 48, yang memiliki visa Inggris dan tinggal di London tetapi berada di Libanon untuk merawat kerabatnya yang sakit. “Saya mencoba untuk tidak panik tetapi saya sudah menelepon kedutaan dan mereka mengatakan tidak ada rencana,” katanya kepada The Independent.
“Saya melakukan pencarian online kemarin dan satu-satunya penerbangan alternatif yang tersedia ialah penerbangan kelas bisnis seharga £4,600 ke Dubai. Saya kemudian perlu memesan penerbangan lain ke London,” sebutnya.
Baca juga : Serangan Israel Meluas Targetkan Keserwan Libanon Berpenduduk Mayoritas Kristen
Rita mengatakan dia dan keluarganya berdiskusi untuk mendapatkan penerbangan dari Turki. Namun hal itu berarti harus naik taksi selama delapan jam melalui Suriah.
Presiden Biden tetap berharap dapat ditemukan cara mencegah pertumpahan darah lebih lanjut, tetapi dia mengakui perang habis-habisan masih mungkin terjadi.
Serangan terbaru kelompok Hizbullah yang didukung Iran yaitu, “Menargetkan markas besar agen mata-mata Mossad di pinggiran kota Tel Aviv untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan untuk membela Libanon serta rakyatnya,” sebut kelompok itu.
Baca juga : Israel Vs Hizbullah, Puluhan Ribu Warga Libanon Jauhi Target Serangan
Hizbullah menyalahkan Mossad atas pembunuhan komandan senior baru-baru ini di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Libanon, serta ledakan pager elektronik dan walkie-talkie pekan lalu.
Beberapa jam kemudian, Israel mengumumkan bahwa mereka melancarkan serangan ekstensif di Libanon selatan dan Lembah Bekaa di sepanjang perbatasan dengan Suriah.
Rumah sakit di Libanon dipenuhi korban luka sejak peningkatan tajam pengeboman pada Senin yang merupakan hari paling mematikan di negara itu sejak berakhirnya perang saudara 1975-1990.
Pernyataan Letjen Halevi muncul setelah militer Israel mulai mengaktifkan pasukan cadangan untuk dikirim ke front utara. Militer Israel mengatakan akan memanggil dua brigade cadangan untuk misi operasional di utara.
Israel telah memperluas zona serangannya sejak Selasa malam dengan serangan pertama kali di kota resor pantai Jiyyeh di selatan Beirut dan Maaysrah. Serangan juga terjadi di Bint Jbeil, Tebnin, dan Ain Qana di selatan, desa Joun di distrik Chouf dekat kota Sidon di selatan, dan Maaysrah di distrik Keserwan utara.
Di Beirut, ribuan pengungsi yang melarikan diri dari Libanon selatan berlindung di sekolah dan bangunan lain. Lebih dari 90.000 orang telah mengungsi di Libanon sejak Senin (23/9).
Jumlah ini belum termasuk 111.696 orang yang mengungsi sejak Oktober 2023. Di Israel utara, sejauh ini sekitar 60.000 orang telah dievakuasi karena serangan Hizbullah di Libanon yang hampir terjadi setiap hari sejak Oktober.
Hizbullah mulai melancarkan serangan melintasi perbatasan utara Israel pada 8 Oktober tahun lalu, sehari setelah Hamas yang didukung Iran melancarkan serangan mematikan dari Jalur Gaza ke Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang, sekitar setengahnya masih berada di Gaza.
Serangan udara dan darat Israel berikutnya di Gaza menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, menurut informasi terkini dari kementerian kesehatan setempat di jalur yang dikuasai Hamas, dan memaksa lebih dari 90% penduduk daerah kantong tersebut meninggalkan rumah mereka, banyak dari mereka yang mengungsi dalam beberapa kesempatan.
Pejabat lokal di Gaza mengatakan tingkat serangan Israel terhadap wilayah kantong tersebut telah berkurang dalam beberapa hari terakhir karena Israel mengalihkan fokusnya ke perbatasan Israel-Libanon dan Hizbullah. Namun warga Palestina masih terbunuh. Setidaknya selusin orang tewas pada Senin (23/9), 24 orang tewas pada Minggu (22/9), dan 40 orang sehari sebelumnya Sabtu (21/9).
Hizbullah mengatakan mereka tidak akan berhenti menembakkan roket ke Israel sampai mereka menghentikan perang di Gaza. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang menuju ke New York untuk berpidato pada Jumat (27/9). (Z-2)