PENGAMAT penerbangan Alvin Lie mempertanyakan pernyataan CEO AirAsia Tony Fernandes yang menyebut mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia didorong oleh tingginya harga avtur di dalam negeri.
“Saya menilai dia ini hanya mencari sensasi saja. Avtur Indonesia pada prinsipnya sekarang ini sudah 100% diproduksi dalam negeri, sehingga menghemat cukup banyak biaya-biaya. Bahkan saat ini harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta ini jauh lebih murah daripada harga avtur di Bandara Changi (Singapura), yang dijual oleh Shell,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (8/9).
Alvin menambahkan, harga publikasi avtur Pertamina Patra Niaga di Bandara Soekarno-Hatta dijual Rp13.211 per liter. Sedangkan harga publikasi avtur yang disalurkan Shell di Singapura sebesar Rp23.212 per liter. Perbandingan harga itu merujuk pada periode 1-30 September 2024.
Baca juga : Inggris Jatuhkan Sanksi kepada Dua Pemasok Junta Myanmar
Perbedaan itu, lanjut Alvin, mematahkan pernyataan CEO AirAsia yang menuding harga avtur di Indonesia paling mahal di ASEAN, bahkan dunia. Alvin turut meminta penjelasan detail dan data perbandingan yang digunakan oleh Tony.
“Saya justru ingin Tony memperjelas, mengklarifikasi, avtur di bandara mana dengan avtur di bandara mana dan untuk periode kapan. Ingat, harga avtur itu berfluktuasi, setiap bulan naik turun,” kata Alvin.
“Kalau Tony hanya menyebut harga avtur di Indonesia 28% lebih mahal daripada negara-negara ASEAN lain, tanpa menyebut detailnya, tidak ada rujukannya, maaf saya menilai dia hanya mencari sensasi,” tambahnya.
Baca juga : Pertamina JBT Pastikan Stock BBM, LPG dan Avtur di Aman
Alvin melanjutkan, perbedaan harga avtur di Indonesia sejatinya masih dapat ditemui. Itu disebabkan oleh faktor geografi atau lokasi yang relatif jauh dari titik angkut avtur. Bandara di wilayah Timur Indonesia dipastikan akan memiliki harga avtur lebih mahal ketimbang wilayah tengah dan barat.
“Bandara-bandara lain itu memang lebih mahal dari Bandara Soekarno-Hatta dan Batam. Makin ke timur, misalnya, di Ambon, di Jayapura, itu lebih mahal karena ada unsur biaya angkut, juga biaya logistik lainnya, penyimpanan dan sebagainya, karena volumenya kecil, sehingga tidak tercapai skala keekonomiannya,” jelasnya.
“Tapi kalau selisihnya sampai 28% itu tidak masuk akal. Kalau Tony Fernandes memang menyebut angka 28%, itu sebaiknya ditunjukkan, itu harga avtur di mana, di negara mana dibanding dengan Indonesia. Tapi kalau Indonesia ini lebih tinggi 28% dari negara-negara ASEAN lainnya, itu tidak masuk akal,” sambung Alvin.
Seperti diberitakan diberitakan bahwa CEO AirAsia Tony Fernandes menyebut harga avtur yang dijual Pertamina terlampau mahal. Itu menurutnya menjadi faktor dominan harga tiket pesawat di Indonesia cukup mahal. Dia bahkan mengutarakan harga avtur yang dijual di Indonesia menjadi yang paling mahal di dunia.
Dari hitungannya, harga avtur yang dijual Pertamina lebih mahal 28% jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Tony menilai itu bisa terjadi karena Pertamina merupakan satu-satunya penyuplai bahan bakar di Indonesia, berbeda dengan negara lain. (H-3)