PADA perdagangan sore ini, Kamis (22/8), mata uang rupiah ditutup melemah 100,5 poin menjadi 15.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Anjloknya rupiah karena faktor internal yakni aksi demonstrasi mahasiswa dan buruh yang menolak Revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada di sejumlah titik.
“Kejadian itu menjadi sentimen negatif terhadap mata uang garuda,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resmi.
Hanya berselang satu hari, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dianggap sebagai angin segar bagi demokrasi, tetapi ‘dibegal’ melalui persetujuan revisi Undang-Undang Pilkada yang berlangsung kilat di Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Rabu (21/8).
Baca juga : Rupiah Diperkirakan Menguat karena Aktivitas Ekonomi AS Lemah
Delapan dari sembilan fraksi di DPR sepakat hanya menerapkan sebagian putusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat pencalonan kepala daerah pada rancangan perubahan UU Pilkada, Rabu (21/8). Keputusan yang diambil dalam rapat kerja di Badan Legislasi DPR itu dianggap sebagai pembangkangan yang akan menghasilkan proses demokrasi palsu dalam pilkada 2024.
Ibrahim berpendapat seharusnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah membangun iklim investasi yang kondusif, transparan, dan terukur. Soalnya, pelaku usaha akan memasukkan risiko politik dalam perencanaan ekspansi bisnis mereka.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang 15.590-15.650,” pungkasnya.
Saat ditemui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tidak banyak berkomentar soal pelemahan rupiah. Dia menyebut rupiah masih bergerak fluktuatif ke depan.
“Kita tunggu saja,” katanya usai Peluncuran Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) di JiExpo Theater Kemayoran, Jakarta, Kamis (22/8). (Z-2)