IndonesiaDiscover –
AKTRIS Febby Rastanty memerankan penulis dan aktivis Kalis Mardiasih dalam film terbaru IDN Pictures, Seni Memahami Kekasih yang akan tayang mulai 5 September 2024. Di film itu, Febby akan beradu peran bersama Elang El Gibran yang memerankan Agus Mulyadi sebagai pasangan Kalis.
Memerankan Kalis Mardiasih yang selama ini dikenal sebagai aktivis yang vokal terhadap isu-isu perempuan di media sosial, menurutnya sosok Kalis memiliki relevansi dengan kebanyakan persoalan yang dihadapi perempuan saat ini.
Baca juga : Bintangi Film Seni Memahami Kekasih, Febby Rastanty Belajar Bahasa Jawa
Di film ini, diceritakan Kalis adalah mahasiswi asal Blora, Jawa Tengah. Sebagai perempuan yang memiliki privilese mengenyam pendidikan tinggi dari kampungnya, kerap kali Kalis pun menghadapi persoalan yang membebani dan skeptisisme, perempuan yang memiliki karier bagus dan pendidikan baik tidak perlu menikah. Hal itu, dirasa Febby, juga banyak dialami oleh perempuan saat ini.
“Justru orang-orang tuh malah terkadang, jangan deh ngapain sih nikah. Itu relate sekali sama zaman sekarang. Anggapannya kalau perempuan yang berkarier dan memiliki pendidikan tinggi, mau nikah tuh, kesannya, ‘kok lo nikah?’ ‘nikah tuh enggak gampang loh,’ Itu memang benar. Tapi di satu sisi kan, ketika orang menasehati itu, ya, seharusnya juga melihat berdasarkan latar belakang atau baggage masing-masing,” kata Febby Rastanty dalam sesi content day di kantor pusat IDN, Gatot Subroto, Jakarta, Rabu, (28/8/2024).
Memerankan Kalis, menurut Febby karakter di filmnya dia adalah sosok yang memiliki cita-cita tinggi, pekerja keras, dan memiliki ambisi yang tinggi dalam memperjuangkan cita-citanya. Tapi, di sisi lain, Kalis juga punya sikap gengsian.
Baca juga : Sydney Sweeney Tidak Terima Disebut Tidak Bisa Akting
“Jadi, anti banget tuh, dia itu yang namanya nanyain kabar cowok duluan kalau belum dikabari. Cuma bisa misuh-misuh. ‘Dia tuh gimana sih, sama aku’ tapi enggak melakukan apa-apa,” kata Febby.
Dengan latar belakang pendidikan tinggi, karakter Kalis Mardiasih juga menghadapi persoalan bahwa dia harus menjadi perempuan yang perfek. Menjadi harapan sebagai perwakilan dari kampungnya di Blora. Padahal, seharusnya, lanjut Febby, ia juga tidak bisa dibebankan moral seperti itu. Menurutnya, perempuan, termasuk Kalis, juga individu yang bebas. Bisa memilih jalan hidup sendiri. Tidak perlu merasa punya tanggung jawab dan beban membanggakan kampungnya.
“Kalis di film itu vokalnya dalam mengartikulasikan perasaannya. Ini tuh sebenarnya juga cerita tentang perjalanan dia menuju Kalis yang vokal di medsos. Di film ini, diperlihatkan bagaimana latar belakang Kalis sampai akhirnya dia merasa punya kepedulian tinggi dengan nilai-nilai yang sekarang ia kerap bicarakan di media sosial,” jelas Febby. (M-4)