Ekonomi & Bisnis BI Optimistis The Fed Turunkan Suku Bunga di Triwulan IV

BI Optimistis The Fed Turunkan Suku Bunga di Triwulan IV

4
0
BI Optimistis The Fed Turunkan Suku Bunga di Triwulan IV
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021).(ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A)

DIREKTUR Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso optimistis penurunan suku bunga The Fed dilakukan pada Triwulan IV 2024.

“Bahkan perkembangan terbaru, penurunan bisa mulai September (Triwulan III) dan Desember atau November, ini dua kali,” katanya di Kupang, Senin (22/7).

Kondisi ini, akan mampu membuat indeks dolar menurun. sehiggga akan memberikan ruang lebih besar kepada seluruh mata uang untuk menguat terhadap US dolar. “Kami meyakni ketika nanti ada penurunan suku bunga The Fed, Indonesia akan cukup banyak mendapatkan Inflow masuk ke SBN, beli saham, termasuk beli SLBI,” jelasnya.

Baca juga : IHSG Melemah saat Optimisme Suku Bunga The Fed Dipangkas

Tentu, dengan bauran kebijakan Bank Indonesia, dan kondisi yang semakin membaik karena diyakni banyak inflow, tentunya akan membuat rupiah menguat terhadap dolar.

Menurutnya, kondisi ini tidak perlu membuat kita minder, sebab melihat mata uang negara lain dan juga dinamikanya. Pekan lalu, pelemahan rumah terhadap dolar year to date sebesar 4,8-4,9%. Namun, mata uang Filipina lebih buruk lagi yakni 5,1-5,2%.

Menurut Ramdan, penurunan suku bunga The Fed berpatokan pada dua hal yakni perkembangan inflasi dan perkembangan data tenaga kerja. “Kalau inflasi masih tinggi dan data tenaga kerja masih bagus, sepertinya mereka mulai menurunkan suku bunganya itu masih perlu waktu. Nah, ini yang dikhawatirkan oleh pelaku pasar keuangan di seluruh dunia. Kalau semakin lama itu terjadi, berarti dolarnya akan semakin lama menguat,” ujarnya.

Baca juga : Akhir 2024, IHSG Diprediksi Tembus 7.585

Namun, sesuai perkembangan terakhr, lanjut Ramdan Denny Prakoso adalah data tenaga kerja sudah mulai melemah dan inflasi sudah mulai konsisten untuk tidak naik dan cenderung menurun.

Direktur Departemen Kebijakan Makro Prudensial (DKMP) Bank Indonesia Nugroho Joko Prastowo mengatakan persoalan global belum beras akibat perang Rusia-Ukraina, penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan makanan. “Kalau kita mengandalkan global, memang ganguannya banyak sampai sekarang belum beres,” ujarnya.

Menurutnya, pasca covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5%, termasuk one of the highest. Hal itu terjadi karena kebijakan perbaikan fundamental dan akselerasi pemulihan yang bagus. “Walaupun di luar sana ada gonjang-ganjing, tetapi kita masih bertahan.Kita tidak terlalu bergantung kepada luar, salah satu yang dilakukan adalah digitalisasi,” jelasnya. (Z-6)

 

Tinggalkan Balasan