Nasional 3 Dosa Besar dalam Pendidikan, Pahami Pemicunya

3 Dosa Besar dalam Pendidikan, Pahami Pemicunya

1
0

IndonesiaDiscover –

3 Dosa Besar dalam Pendidikan, Pahami Pemicunya
Stop kekerasan pada anak(MI/Nur Alin)

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan telah mengikrarkan tida dosa besar pada pendidikan, yakni kekerasan seksusal, perundungan dan intoleransi. Hal ini memiliki dampak yang sangat merugikan bagi anak. 

Indonesia darurat kekerasan seksual pada anak,kekerasan pada anak terus meningkat di Indonesia hal ini menjadi perhatian khusus tentunya bagi pemerintah dan masyarakat. 

Faktor yang memicu kekerasan pada anak

1. Lingkungan Keluarga yang Tidak Stabil

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan rumah tangga yang penuh dengan kekerasan atau konflik cenderung lebih rentan terhadap kekerasan seksual. Pola pengasuhan yang tidak tepat tentunya bisa menjadi faktor.

Baca juga : Polisi Tetapkan 4 Tersangka Aksi Perundungan Anak di Batam

2. Pengawasan yang Tidak Memadai

Anak-anak yang tidak mendapatkan pengawasan yang memadai dari orang tua atau pengasuh mereka lebih rentan terhadap pelaku kekerasan seksual, terutama jika mereka sering dibiarkan sendirian atau berada di bawah pengawasan orang yang tidak dipercaya. Kelalaian dalam pengasuhan dapat menciptakan situasi di mana anak-anak lebih mudah dieksploitasi oleh pelaku kekerasan.

3. Faktor Sosial dan Ekonomi

Keluarga yang hidup dalam kemiskinan mungkin mengalami tekanan yang besar, yang dapat menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dan meningkatkan risiko kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Budaya yang mendiskriminasi perempuan atau memperlakukan anak-anak perempuan sebagai warga negara kelas dua dapat meningkatkan risiko kekerasan seksual terhadap anak-anak perempuan.

Baca juga : Aduan Kekerasan Anak Naik 30% Sepanjang 2023

4. Faktor Psikologis dan Emosional Pelaku

Pelaku kekerasan seksual sering kali memiliki masalah psikologis atau emosional yang mendasari, seperti gangguan kepribadian atau trauma masa lalu. Pelaku mungkin memiliki riwayat mengalami kekerasan seksual di masa kecil mereka sendiri, yang dapat meningkatkan kemungkinan mereka mengulang perilaku tersebut terhadap orang lain.

5. Pengaruh Media dan Teknologi

Paparan terhadap konten pornografi, terutama yang melibatkan kekerasan atau eksploitasi anak, dapat mempengaruhi perilaku pelaku dan memperkuat kecenderungan mereka untuk melakukan kekerasan seksual. Platform online dapat digunakan oleh pelaku untuk memanipulasi, mengeksploitasi, dan memangsa anak-anak melalui grooming atau kontak langsung.

Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan “saat ini kejahatan seksual masuk pada ranah digital bahkan terjadi tidak hanya di dalam negeri saja. Banyak predator dari negara asing, mereka melakukan pendekatan dengan berbagai cara dan ini perlu diwaspadai.”

Baca juga : Anak Korban Kekerasan akan Lakukan Hal Serupa pada yang Lebih Lemah

Dampak Kekerasan kepada Anak

Kekerasan terhadap anak memiliki dampak yang luas dan serius, mempengaruhi kesehatan fisik, emosional, psikologis, sosial, dan akademis mereka. Anak-anak yang mengalami kekerasan dapat mengalami cedera fisik, gangguan kesehatan jangka panjang, gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri. 

Mereka mungkin kesulitan berinteraksi sosial, merasa terisolasi, dan mengalami penurunan prestasi akademis. Dampak jangka panjang termasuk masalah kesehatan mental, perilaku agresif, penyalahgunaan zat, serta kesulitan dalam hubungan interpersonal dan kehidupan profesional di masa dewasa. Pencegahan kekerasan dan dukungan yang tepat sangat penting untuk membantu anak-anak mengatasi trauma dan membangun masa depan yang lebih baik.

Cornelia Agatha, Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta menjelaskan bahwa “ kekerasan yang terjadi pada anak itu sangat berbahaya anak yang tadinya menjadi korban bisa menjadi pelaku, maka dari itu penting adanya hak pemulihan restitusi dan keadilan untuk korban” ucapnya kepada media Indonesia, Sabtu (20/7).

Baca juga : Pemkot Jakut Bentuk Satgas Pencegahan dan Pengawasan Kekerasan di Sekolah

Kids Biennale membuka kegiatan pameran seni dan budaya yang dikhususkan untuk anak-anak dan remaja. Hal ini menjadi platform bagi mereka untuk meningkatkan apresiasi seni dan budaya, partisipasi, dan inklusi, serta merangsang kreativitas, menjadi agen perubahan, dan mendukung pengembangan emosional serta sosial.

Kasus kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Setiap individu, keluarga, komunitas, dan lembaga memiliki peran penting dalam memerangi kekerasan terhadap anak dengan memberikan dukungan, melaporkan kasus, dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk perkembangan anak. 

Kolaborasi dan keterlibatan aktif dari semua pihak sangat penting untuk melindungi anak-anak dan memastikan mereka dapat tumbuh dengan sehat dan aman. (Z-3)

Tinggalkan Balasan